Demo Deportasi di Gedung Putih, 100 Pemimpin Agama dan Aktivis Ditangkap
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Sekitar 100 pemimpin agama dan aktivis imigrasi ditangkap saat demonstrasi di Gedung Putih-Istana Negara Amerika Serikat-pada Kamis (31/7). Demonstrasi dilakukan untuk menyampaikan protes agar menghentikan deportasi dan membantu imigran yang tinggal di Amerika Serikat secara ilegal.
Polisi Amerika Serikat menangkap 112 orang pada pukul 15.00 waktu setempat, mereka dianggap "menghalangi jalan" karena tidak mau meninggalkan trotoar yang terletak di luar Gedung Putih.
“Mereka kena tindak pidana ringan. Namun, pada pukul 17.15 waktu setempat, semua orang yang ditangkap telah dibebaskan” kata juru bicara Church World Service (CWS), Sidney Traynham seperti dikutip dari abcnews.go.com, Jumat (1/8).
Sementara itu, Persatuan Uskup Methodist Minerva Carcano dari Los Angeles menyampaikan alasan terkait aksi demo yang dilakukan. "Kami di sini karena kami tidak mendengar suara moral dari dalam Gedung Putih," kata Uskup Minerva Carcano.
"Kami telah datang ke Washington untuk memberitahu kepada Presiden Obama dan Kongres yang menghadirkan penderitaan bagi keluarga imigran dan anak-anak tanpa pendamping, agar segera menghentikan deportasi dan memperluas proses. Kini, anak-anak melarikan diri pada kekerasan, kartel narkoba, geng," Uskup Carcano menambahkan.
Seseorang yang memiliki misi untuk membantu para imigran tertindas, Suster Eileen Campbell pun ikut mengambil langkah yang belum pernah dilakukannya selama 67 tahun. Ia bergabung dalam aksi demonstrasi itu untuk memprotes 1.100 deportasi per hari, sekaligus mencari bantuan bagi 11 juta imigran yang tinggal secara ilegal di Amerika Serikat.
Ia pun mengatakan telah kehabisan akal terkait hal ini dan langkah selanjutnya tergantung pada otoritas Presiden.
"Kami telah kehabisan cara lain untuk menyampaikan hal ini, sekarang semuanya tergantung pada otoritas eksekutif presiden kita," kata Campbell.
"Saya harap, dengan berdiri di luar Gedung Putih ini akan menghadirkan perbedaan," Campbell menambahkan.
Rabi Kimelman-Blok, yang ditahan karena aksi pembangkangan sipil pada Oktober tahun lalu untuk reformasi imigrasi, memimpin doa sambil menyampaikan pesannya.
"Kami adalah salah satu setan, karena kehadiran kami "tidak diinginkan." Namun hukum yang disahkan berkata akan menjaga kami dan orang-orang seperti kami di luar sana. Imigrasi adalah perjuangan nenek moyang kami dan perjuangan kami saat ini," kata Kimelman-Blok.
Dalam sebuah tulisan di blog huffingtonpost.com, Pendeta McCullough menuliskan doa dan harapannya pada Presiden Amerika Serikat agar dapat bertindak tegas pada para imigran.
“Hari ini saya membawa doa untuk negara ini dan memohon kepada Presiden untuk segera bertindak. Di depan Gedung Putih, simbol kekuatan negara ini dan janji demokrasi. Pembatasan kebebasan dengan keputusasaan yang dirasakan oleh begitu banyak saudara saudari imigran, karena mereka mencari kehidupan bebas dari rasa takut dan kesempatan untuk mengejar impian Amerika. Saya tidak bisa duduk diam. Sekarang saatnya, kami mengharapkan keberanian Bapak Presiden,” tulis dia.
Selain United Methodist Church, Church World Service, dan CASA de Maryland, aksi demo di Gedung Putih Kamis itu diikuti juga oleh CASA de Virginia, Bend Arc, Asosiasi Unitarian Universalis, United Church of Christ, Sisters of Mercy, Murid Rumah Misi Gereja Kristen (Murid Kristus), dan Advokasi Pusat Nasional para Suster Gembala yang Baik. (huffingtonpost.com/abcnews.go.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...