Demo Trisakti Tuntut Lengsernya Soeharto Jadi Hari Reformasi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Hari ini, tepat tanggal 12 Mei, Mahasiswa Universitas Trisakti kembali turun ke jalan untuk memperingati 16 tahun Tragedi Trisakti, peristiwa yang menyebabkan empat mahasiswa Universitas Trisakti meninggal usai ditembak aparat keamanan.
Dalam aksi mereka tahun ini, pendemo menyerukan empat tuntutan, salah satunya meminta agar pemerintah menetapkan hari lengsernya Soeharto dari kursi presiden, 21 Mei 1998 menjadi hari peringatan reformasi.
Sedangkan tiga tuntutan Mahasiswa Trisakti nan turun berdemo hari ini ialah, pertama, pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme di dalam pemerintahan Indonesia, kedua, menuntut kesejahteraan keluarga korban, dan ketiga, menuntut pengangkatan gelar bintang jasa dari pejuang reformasi menjadi pahlawan reformasi.
Sebelumnya, pada pagi hari, Rektor Universitas Trisaksi, Thoby Mutis, memimpin upacara peringatan 16 tahun Tragedi Trisakti, di halaman parkir Kampus A Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta. Thoby mengatakan bahwa hari ini menjadi momentum untuk mengingatkan, masih banyak persoalan yang berkaitan dengan hak asasi manusia belum terselesaikan.
“Hari ini kita berkumpul di sini karena satu tekad, untuk meneruskan cita-cita dan harapan dari pahlawan-pahlawan reformasi yang telah gugur 16 tahun silam,” ucap Rektor Universitas Trisakti itu.
Empat Mahasiswa Trisakti yang meninggal dalam peristiwa 12 Mei ialah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur 1996), Heri Hertanto (Fakultas Teknik Industri 1995), Hafidin Royan (Fakultas Teknik Sipil 1995) dan Hendriawan Sie (Fakultas Ekonomi 1996).
Upacara tersebut diikuti oleh seluruh Civitas Akademika Universitas Trisakti dan keluarga korban Tragedi 12 Mei itu. Usai upacara berlangsung, sekitar 2.000 Mahasiswa Trisakti bergerak menuju Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, pada pukul 12.30 WIB.
SBY Jangan Hanya Tebar Janji
Ketua Parlemen Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Kristo, mengatakan, aksi peringatan 16 tahun Tragedi Trisakti ini bukan hanya menuntut penyelesaian kasus 12 Mei saja, namun demonstrasi ini juga menginkan agar pemerintah membereskan seluruh kasus hak asasi manusia di Indonesia.
“Sebenarnya, kami tidak hanya menuntut penyelesaian Tragedi Trisakti, saja tapi kami mengangkat seluruh tragedi HAM di Indonesia. Karena tidak ada kejelasan dari pemerintah terkait penyelesaian kasus 12 Mei dan pelanggaran HAM lainnya,” kata Kristo.
Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun dianggapnya hanya menebar janji saja, tanpa tindakan nyata.
“SBY hanya janji tapi tidak berani bertindak. Kami disini ingin menyelesaikan masalah, berbagai langkah telah kami tempuh, demi menuntaskan kasus ini namun belum ada realisasinya,” Kristo menambahkan.
Sementara itu, senada dengan Kristo, seorang orator aksi demo mengatakan, agar SBY dapat memberikan bukti nyata dan keadilan pada kasus 12 Mei.
“Jangan berikan kami janji palsu lagi, jika engkau peduli pada masyarakat Indonesia, tolong dengarkan aspirasi kami. Kami sudah muak dengan janji yang engkau berikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” tuturnya.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...