Demonstrasi Menuntut Kemerdekaan Yaman Selatan
SANAA, SATUHARAPAN.COM Demonstrasi yang diikuti ribuan orang di Aden, Yaman menuntut kemerdekaan bagi Yaman Selatan. Sementara itu, pada hari Sabtu (31/8) di ibu kota, Sanaa, Perdana Menteri, Mohammed Salem Basindwa, menghadapi upaya pembunuhan. Namun dilaporkan dia selamat.
Pada hari Minggu, ribuan orang berdemonstrasi menuntut kemerdekaan dari utara dan menolak permintaan maaf pemerintah Sanaa untuk perang sipil tahun 1994. Para demonstran melambaikan bendera Yaman Selatan dan spanduk bertuliskan "Kami menolak permintaan maaf. dan dan "Tuntutan kami adalah kebebasan dan kemerdekaan."
Protes dimotori oleh gerakan separatis selatan berkaitan ulang tahun ke-42 tentara Yaman Selatan, yang merupakan negara merdeka sampai bersatu dengan utara pada tahun 1990.
"Tidak ada dialog, tidak ada negosiasi, kita adalah tuan dari keputusan kita," teriak para pengunjuk rasa dalam parade militer simbolis oleh pensiunan tentara dan menyanyikan lagu kebangsaan Yaman Selatan.
Setelah penyatuan pada tahun 1990, bagian selatan memisahkan diri empat tahun kemudian dan memicu perang saudara singkat yang berakhir dengan wilayah selatan dikuasai oleh pasukan utara.
Bulan lalu, pemerintah Yaman meminta maaf kepada kelompok separatis selatan dan pemberontak di utara untuk perang melawan mereka. Pemerintah berusaha untuk mendorong dialog nasional yang bertujuan merancang konstitusi baru dan menyelenggarakan pemilu.
Upaya Pembunuhan PM
Upaya pembunuhan terhadap PM Mohammed Salem Basindwa terjadi saat dia pulang dari kantornya. Orang-orang bersenjata di dalam kendaraan menembaki iring-iringan mobilnya.
Ini kasus pertama PM Basindwa mendapatkan serangan. Sebelumnya sejumlah anggota cabinet menjadi sasaran kelompok bersenjata. Namun tidak dijelaskan dari kelompok mana. Selama ini pemerintah Yaman memerangi militan al-Qaeda di Semenanjung Arab. Dan sebelumnya dilaporkan bahwa seorang perwira intelijen senior dibunuh oleh tersangka militan di provinsi Labous selatan.
Basindwa adalah tokoh senior oposisi sebelum diangkat pada November 2011 untuk memimpin pemerintah yang dibentuk setelah Presiden Ali Abdullah Saleh meninggalkan kekuasaan.
Yaman menghadapai masalah keamanan karena aksi yang dilakukan kelompok bersenjata. Bulan Juli lalu, sejumlah Negara menutup kedutaan besarnya, karena alasan keamanan. (ahram.org.eg / bbc.co.uk)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...