Denny Wirawan Tampilkan Batik Kudus dalam Kemasan “Pasar Malam”
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Batik harus terus dirawat kalau tidak ingin melihatnya punah. Maestro batik Iwan Tirta almarhum melontarkan pesan itu pada penggal akhir Januari 2010, setelah batik ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi oleh Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan, pada 2 Oktober 2009.
Dan, Peragaan Tunggal Balijava - Denny Wirawan, Koleksi Balik Kudus 2015-2016, merupakan salah satu wujud perawatan, pengembangan, dan pembinaan batik itu. Di balik penyajian 60 set busana wanita dan 20 set busana pria yang dibungkus dalam tema “Pasar Malam” di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, 3 September lalu, tersirat dan tersurat proses-proses pelestarian batik kudus itu.
Batik kudus memesona Denny. Selain memiliki ciri khas kehalusan dan kerumitan isen-isen, batik kudus memiliki motif geometris dan latar beraroma kekinian sangat kental, yang memudahkan perancang busana berusia 47 tahun itu mengkreasikan menjadi tampilan lebih beragam, baik tampilan ringan, berat, klasik, hingga kontemporer.
Selain mengabadikan motif-motif asli yang telah ada, seperti motif bunga parijoto, motif bunga seruni, motif bunga tulip, motif anggrek cattleya berlatar biji mentimun, motif burung merak njraping berlatar belakang beras kecer, motif buketan, dan motif batik kudus lain yang sudah dikenal, Denny menampilkan motif pinus hasil kreasinya.
Denny membagi presentasi koleksi lini busana siap pakai (pret-a-porter) dan busana siap pakai madya (pret-a-porter deluxe) itu dalam bungkus tema “Pasar Malam”, tema yang akrab dengan masyarakat Indonesia sekaligus tema yang menyiratkan tampilan warna motifnya, menjadi empat bagian. Ia memulai dengan menampilkan batik dalam teknik cap, kemudian menampilkan batik yang mengawinkan motif khas dengan bordiran halus, memadukan batik kudus dengan bahan berbeda, hingga menampilkan batik kudus dalam busana elegan yang menjadi signature style Denny selama ini.
Busana kreasi perancang kelahiran Singaraja, Bali ini, tampil dalam berbagai siluet, mulai dari gaun pendek, celana pendek, rok lebar, gaun panjang, blus berlengan lebar, blus boxy, blus tanpa lengan untuk busana wanita. Untuk busana pria, Denny lebih banyak menampilkan celana 7/8 dengan padanan kemeja kimono dan jaket. “Pada beberapa koleksi saya menampilkan cutting sederhana, demi lebih menonjolkan kecantikan batik itu sendiri,” kata Denny dalam temu pers menjelang peragaan busana.
Denny, perancang busana lulusan Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo, tidak asing dengan wastra Indonesia. Ia aktif terlibat dalam program pembinaan perajin tenun bersama Cita Tenun Indonesia. Kelahiran lini Balijava adalah wujud kepeduliannya pada warisan budaya wastra Nusantara.
Dalam menggelar peragaan busana tunggalnya, Denny bekerja sama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation. Ia juga menggandeng E.P.A. Jewelry by Eliana Putri Antonio untuk kreasi aksesori, Oscar Daniel dengan LT Pro Professional Make Up untuk tata rias wajah dan rambut, penata acara dan koreografi Ari Tulang, serta Yovie Widianto sebagai penata musik.
“Peragaan tunggal ini adalah wujud tanggung jawab saya sebagai anak bangsa untuk mengolah kain-kain asli Indonesia. Ini merupakan langkah awal saya berkreasi dengan batik kudus. Ke depan, akan ada karya saya selanjutnya menggunakan batik kudus,” kata Denny.
Editor : Sotyati
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...