Departemen Keuangan AS Ungkap Kekhawatiran Serius Aktivitas Siber Jahat China
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen, bertemu secara virtual pada hari Senin (6/1) dengan Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, dan menyampaikan kekhawatiran tentang "aktivitas siber jahat" yang dilakukan oleh aktor yang disponsori negara China, kata Departemen Keuangan dalam sebuah pernyataan.
Departemen Keuangan bulan lalu melaporkan bahwa sejumlah komputernya yang tidak disebutkan jumlahnya telah disusupi oleh peretas China dalam apa yang disebutnya sebagai "insiden besar" setelah terjadi pelanggaran di kontraktor BeyondTrust, yang menyediakan layanan keamanan siber.
Ajudan Kongres mengatakan, belum ada tanggal yang ditetapkan untuk pengarahan yang diminta tentang pelanggaran tersebut, yang terbaru dalam serangkaian serangan siber terhadap lembaga pemerintah yang oleh pemerintah AS disalahkan pada aktor yang disponsori negara China.
Serangan tersebut terjadi bahkan saat pemerintahan Biden berupaya meningkatkan komunikasi dengan China dan mengelola hubungan kompetitif dengan lebih baik, termasuk melalui pembentukan kelompok kerja ekonomi dan keuangan.
“Menteri Yellen ... menyatakan kekhawatiran serius tentang aktivitas siber jahat oleh aktor yang disponsori negara China dan dampaknya pada hubungan bilateral,” kata Departemen Keuangan, yang menggambarkan panggilan tersebut sebagai sesuatu yang jujur, mendalam, dan konstruktif.
Kedua pejabat tersebut juga membahas perkembangan ekonomi di kedua negara, dan meninjau kemajuan yang dicapai selama pertemuan kelompok kerja, kata Departemen Keuangan.
Yellen menegaskan kembali kekhawatiran yang telah berulang kali ia sampaikan tentang praktik dan kebijakan non pasar China serta kelebihan kapasitas industri, dengan mencatat bahwa hal tersebut akan terus berdampak buruk pada hubungan ekonomi bilateral AS-China kecuali jika ditangani.
Yellen menyampaikan pesan serupa saat ia bertemu He di Beijing pada bulan April, memperingatkannya untuk mengendalikan kelebihan kapasitas industri sebelum Presiden Joe Biden mengumumkan kenaikan tarif yang tajam pada kendaraan listrik, baterai, produk surya, dan semikonduktor buatan China.
Ia juga menggarisbawahi “konsekuensi signifikan” yang akan dihadapi perusahaan China jika mereka memberikan dukungan material untuk perang Rusia melawan Ukraina, tambah Departemen Keuangan.
Presiden terpilih Donald Trump, yang akan menjabat pada 20 Januari, telah mengancam akan mengenakan tarif tinggi terhadap impor China melebihi 60 persen, jauh lebih tinggi daripada yang dikenakan selama masa jabatan pertamanya. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
RI Kini Punya Tempat Penyimpanan Emas
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan disetujui...