Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 18:43 WIB | Rabu, 28 Agustus 2013

Depresiasi Mata Uang Kawasan Asia Masih Berlanjut

Ilustrasi seseorang memegang beberapa lembar mata uang rupee. (foto: reuters.org)

NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM – Indonesia tidak sendiri. Sejumlah mata uang beberapa negara di kawasan Asia mengalami depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada Rabu (28/8) setiap jam, nilai tukar rupee, mata uang India, terus turun terhadap dolar Amerika Serikat.

Mulai dari pukul 9:15 waktu India (10.45 WIB) nilai tukar dolar AS berada di level 65 rupee, 30 menit kemudian sudah bergerak di bawah 65,39 rupee.

India mengalami jalan panjang. Saat mereka memperoleh kemerdekaan pada tahun 1947 nilai tukar rupee terhadap dollar AS saat itu sebanding. Depresiasi nilai tukar rupee yang baru-baru ini dialami India merupakan kombinasi kondisi ekonomi di Amerika Serikat dan ketidakstabilan pasar dalam negeri India. Depresiasi nilai tukar rupee tersebut diperkirakan berimbas pertumbuhan ekonomi, dan diperkirakan akan mempengaruhi ekonomi India.

Ketika partai Aliansi Persatuan Progresif berkuasa di parlemen India pada 2009, perekonomian sempat mengalami peningkatan, para pengamat ekonomi dunia mengatakan bahwa ada optimisme yang muncul tentang India. Dunia mencatat bahwa setidaknya saat itu perkembangan perekonomian di kawasan Asia Selatan, menggembirakan.   

Di Asia Tenggara, mata uang Thailand, baht, jatuh ke level 32 baht per US$ 1 pada hari Kamis (22/8). Ini merupakan nilai poin terendah karena kondisi pasar saham di Bangkok dalam dua pekan ini melemah.

Arus pasar modal meningkat dalam hitungan menit pada hari itu, terutama saat pertemuan Federal Reserve menunjukkan dukungan bagi perkembangan ekonomi Amerika Serikat.

Mata uang lokal Thailand berada pernah pada titik terendah pada 2010. Pelemahan minggu ini sedikit lebih rendah sejak 2012. Nilai baht jatuh pada kisaran antara 32,09 hingga 32,13.

Saat mata uang beberapa negara Asia lainnya berada dalam keadaan terpuruk, ringgit misalnya berada dalam posisi paling rendah dalam periode tiga tahun, Peso Filipina juga melemah dalam dua bulan, Nilai tukar rupiah jatuh ke level terbawahnya sejak April 2009, dan India juga mengalami hal sama.

Rupiah jatuh dengan prosentase 0,4% hingga Rp.10.818 dollar per dolar AS.  

Menurut ekonom Toni Prasetiantono, saat ini depresiasi nilai rupiah dan juga mata uang beberapa mata uang negara-negara Asia terhadap dolar AS akibat pelepasan aset untuk ditukar ke dolar AS. Akibatnya, mata uang AS menguat terhadap sebagian besar mata uang dunia, termasuk rupiah yang kini berada di level Rp 11 ribu/US$.

Toni Prasetiantono melanjutkan bahwa melemahnya rupiah terhadap dolar AS sebenarnya tidak terlalu buruk terhadap beberapa mata uang negara Asia lainnya, karena presentasenya depresiasi yang dialami Indonesia hanya delapan persen, berbeda dengan India sebesar 19 persen atau Jepang yang mencapai 33 persen.  

Meski begitu, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada (UGM) ini meminta pemerintah untuk segera mengambil langkah kebijakan untuk menyelamatkan rupiah agar tidak terdepresiasi lebih dalam lagi. Apalagi, pelepasan aset surat berharga menjadi dolar AS sepekan ini telah mengakibatkan indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok. (timesofindia.com/ swa.co.id/ bangkokpost.com

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home