Desa Penghasil Pernik Natal di China Tidak Lagi Merayakan Natal
XITAN, SATUHARAPAN.COM Desa Natal, Xitan mengirim berbagai pernik Natal hingga bernilai sekitar US$100 juta dolar (Rp 1,2 triliun) per tahun ke berbagai tempat: Eropa, Amerika Serikat, Brasil, dan bahkan wilayah Timur Tengah.
Pernak-pernik hiasan Natal merupakan bisnis besar di Desa Natal tersebut. Tapi, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak ada perayaan publik ataupun lampu-lampu Natal menghiasi jalan-jalan di sana.
Kota Xitan terletak di kawasan pegunungan dan di hilir waduk besar di Provinsi Zhejiang, China timur. Walaupun sejuk saat musim dingin, tidak ada salju dan tidak ada cuaca yang membekukan seperti di Kutub Utara, yang menurut legenda, adalah tempat Sinterklas tinggal.
Namun, Xitan mengirim pernik Natal bernilai sekitar US$100 juta dolar (1,2 triliun) per tahun ke tempat-tempat yang jauh seperti Eropa, Amerika Serikat, Brasil, dan bahkan Timur Tengah.
Wang Lianming, kepala desa di Xitan sekaligus direktur produsen pertama hiasan Natal di Xitan, Ruian D-Bright Arts and Crafts, mengatakan pada Voa News, Sabtu (21/12), walaupun pasar di luar negeri masih menjadi pasar utama bisnis D-Bright Arts and Crafts, minat terhadap musim liburan natal juga berkembang di China.
Sebelumnya, Natal hanyalah hari yang dirayakan di luar negeri. Hanya sedikit warga China tahu tentang tradisi itu, kata Wang. Tapi pada tahun-tahun terakhir ini, perayaan Natal di China meningkat, dilihat dari penjualan pernik Natal.
Sebelum D-Bright Arts mulai membuat kerajinan hiasan-hiasan Natal, perusahaan itu sampai sekarang membuat bola-bola disko. Sebagaimana perusahaan lain di Xitan, perusahaan ini juga mempunyai cabang yang membuat pernak-pernik untuk hari raya lain di negara-negara Barat, bahkan untuk Halloween dan topeng-topeng untuk karnaval di Brasil.
Di Xitan, warga Kristen cukup besar jumlahnya, tapi sebagian mengatakan bahwa keterampilan dan bukan agama yang menjadikan usaha membuat pernak-pernik menjadi industri utama di Xitan.
Namun, bagi sebagian warga Xitan, Natal merupakan waktu untuk perayaan keagamaan dan hal itu menimbulkan kontroversi. Dua tahun lalu, ketika desa itu menjadi tempat perayaan bagi industri pernak-pernik natal, sebagian mengatakan warga Kristen setempat mengubahnya menjadi sebuah peristiwa keagamaan. Umat Kristiani setempat mengatakan, pihak pun berwenang segera melarangnya.
Wang Lianming mengatakan, Kami berhenti menyelenggarakan perayaan itu, karena masalah keagamaan dan sebagian ingin memasukkan agama ke dalam acara itu. Tidak benar menggunakan peristiwa budaya dan mengubahnya menjadi peristiwa keagamaan.
Wang mengatakan, peristiwa itu dimaksudkan untuk lebih merupakan perayaan bagaimana Xitan membangun diri dan kemampuannya menemukan peluang bisnis. (VOA/news.nom.com/tolerance.va)
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...