Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 10:54 WIB | Senin, 11 Juli 2016

Dewan Gereja Dunia Mendoakan Perdamaian AS

Ilustrasi: Suasana di Dallas beberapa saat setelah terjadi peristiwa penembakan di Markas Kepolisian Dallas. (Foto: cnn.com)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Dewan Gereja Dunia (WCC/World Council of Churches) mengeluarkan pernyataan resmi untuk mendoakan perdamaian di Amerika Serikat (AS), setelah peristiwa penembakan brutal di Dallas, yang berkaitan dengan konflik berlatar belakang rasial.

Moderator Komite Sentral Dewan Gereja Dunia, Agnes Abuom, seperti diberitakan oikoumene.org, hari Minggu (10/7), menyatakan kesedihannya tentang peningkatan ketegangan rasial dan kekerasan di AS. Pada sisi lain dia berharap ketegangan akan mereda.

Dewan Gereja Dunia, dia menambahkan, mengutuk tindak kekerasan dalam beberapa hari terakhir yang telah mengejutkan bangsa dan orang-orang di seluruh dunia. “Kami berdoa agar kita menjadi agen perubahan, karena gereja senantiasa bekerja melawan rasisme dan diskriminasi,” kata dia.

Abuom menambahkan umat Kristen di seluruh dunia secara global harus memberikan harapan kepada orang-orang yang rentan, selain itu memberikan pengharapan, penghiburan, dan cinta kasih kepada banyak orang yang kehilangan orang yang dicintai. “Karena setiap hari semakin banyak orang yang berada dalam ketakutan,” kata dia.  

Pada hari Kamis (7/7) – menurut AFP – terjadi  penembakan di Dallas yang menewaskan beberapa petugas kepolisian setempat. Penembakan tersebut terjadi dalam aksi unjuk rasa menentang peristiwa penembakan yang diduga kuat dilakukan beberapa petugas polisi berkulit putih terhadap pemuda berkulit gelap.

Menurut laporan pihak berwenang, pelaku penembakan adalah veteran militer AS berkulit hitam berusia 25 tahun, Micah Johnson.

Ia adalah veteran perang Afghanistan yang berkeinginan membunuh orang kulit putih. Akibat tembakan yang dia lepaskan lima orang aparat meninggal dunia, dan sembilan orang aparat lainnya luka berat.

Tindakan Johnson merupakan balasan atas peristiwa penembakan yang menewaskan Alton Sterling, hari Selasa (5/7). Pemuda berusia 37 tahun tersebut meninggal dunia seusai bertengkar dengan dua polisi berkulit putih di luar sebuah pusat perbelanjaan.

Kasus itu menjadi bahan pembicaraan dunia karena beberapa saat setelah Sterling ditembak polisi, kekasihnya mengunggah video kejadian itu. 

Sehari kemudian, Philando Castile, meninggal dunia tertembak petugas kepolisian di dekat St Paul, Minnesota. Dua kejadian penembakan itu meningkatkan ketegangan rasial yang telah terjadi berulang kali di negara itu menyusul tewasnya Michael Brown, remaja kulit hitam oleh polisi berkulit putih, di Ferguson, Missouri, pada 2014. (oikoumene.org/AFP)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home