Dewan HAM PBB Bentuk Pencari Fakta Pelanggaran di Libya
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC) pada hari Senin (22/6) mengadopsi resolusi yang memerintahkan "misi pencari fakta" ke Libya untuk mendokumentasikan pelanggaran yang dilakukan di negara yang dilanda konflik sejak 2016.
Badan hak asasi utama PBB itu mengadopsi resolusi dengan suara bulat, "dengan kuat (mengecam) semua tindakan kekerasan di Libya", dan mendesak kepala Komisi HAM PBB, Michelle Bachelet, untuk "segera membangun dan mengirim misi pencari fakta" ke negara itu.
Tamim Baiou, duta besar Libya untuk PBB di Jenewa, mengatakan ia berharap resolusi itu akan menunjukkan bahwa "impunitas tidak akan lagi ditoleransi" di negara itu. "Kami berharap ini akan menjadi titik balik," katanya kepada dewan sebelum naskah diadopsi melalui konsensus.
Rancangan resolusi itu diajukan pada bulan Maret oleh sekelompok negara Afrika, tetapi badan hak asasi utama PBB terpaksa menunda sesi tahunan utamanya selama tiga bulan karena krisis virus corona, menunda pemungutan suara oleh dewan beranggotakan 47 negara hingga hari Senin.
Sesi ke-43 dewan dilanjutkan kembali pekan lalu setelah Swiss melonggarkan langkah-langkah yang diberlakukan untuk menghentikan penyebaran COVID-19, dan menyimpulkan dalam pertemuan hari Senin dengan resolusi Libya yang terakhir diadopsi dalam sidang.
Resolusi itu menyatakan "keprihatinan" pada laporan "penyiksaan, kekerasan berbasis seksual dan jender dan kondisi keras di penjara dan pusat penahanan."
Para ahli misi pencari fakta akan dipanggil, pada tahun depan, untuk "mendokumentasikan dugaan pelanggaran hak asasi manusia internasional dan hukum humaniter internasional oleh semua pihak di Libya sejak awal 2016," kata teks itu.
Resolusi itu meminta para ahli untuk menyajikan laporan pembaruan lisan pada kemajuan mereka ke dewan pada bulan September, diikuti oleh laporan tertulis Maret mendatang.
Libya yang kaya minyak dilanda kekerasan, menarik milisi kesukuan, jihadis dan tentara bayaran sejak 2011 setelah revolusi yang menggulingkan dan membunuh diktator lama Moamer Kadhafi dalam pemberontakan yang didukung Barat. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...