Laporan PBB: Satu Miliar Anak Mengalami Kekerasan
SATUHARAPAN.COM-Sekitar satu miliar atau setengah populasi anak mengalami kekerasan, menurut data baru yang dirilis dari tiga badan PBB: WHO, UNESCO dan UNICEF, hari Kamis (18/6). Mereka mengalami kekerasan fisik, seksual, psikologis, cedera, menjadi disabilitas dan bahkan meninggal dunia.
Kekeran terhadap anak terjadi karena negara gagal melaksanakan strategi dan kebijakan untuk melindungi anak. Dalam Laporan Status Global tentang Pencegahan Kekerasan terhadap Anak Tahun 2020 itu terungkap 88 persen atau hampir semua negara di dunia telah memiliki undang-undang perlindungan anak, tetapi kurang dari separuhnya (47 persen) negara yang mengatakan menegakkan uu itu.
Laporan di situs WHO itu menyebutkan 40.150 anak usia 0 sampai 17 tahun meninggal dunia akibat kekerasan secara global. Sebanyak 28.160 anak laki-laki dan 11.190 adalah anak perempuan. Hampir tiga dari empat anak atau sekitar 300 juta anak-anak mengalami hukuman fisik atau kekerasan psikologis dari orang tua ataupun pengasuh.
"Tidak pernah ada alasan untuk kekerasan terhadap anak-anak. Kami memiliki alat berbasis bukti untuk mencegahnya, yang kami minta kepada semua negara untuk menerapkannya. Melindungi kesehatan dan kesejahteraan anak-anak adalah inti dari melindungi kesehatan dan kesejahteraan kita bersama, sekarang dan untuk masa depan,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Pelecehan Seksual
Laporan itu juga mengungkap seperempat anak di dunia dengan usia di bawah lima tahun tinggal bersama ibu yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Dan satu dari tiga anak usia 11 sampai 15 tahun mengalami perundungan dalam sebulan terakhir di sekolah mereka. Sedangkan anak usia 13 sampai 15 tahun mengalami perkelahian fisik dalam satu tahun terakhir. Paling banyak dilakukan oleh anak laki-laki (45 persen) dan anak perempuan (25 persen).
Laporan itu mengungkap sebanyak 120 juta anak perempuan dan remaja putri di bawah 20 tahun mengalami pelecehan seksual. Orang dewasa yang pernah mengalami kekerasan fisik, seksual, dan psikologis di masa anak-anak, memiliki kemungkinan tujuh kali lebih banyak untuk terlibat dalam tindakan yang sama sebagai pelaku. Atau memiliki kemungkinan 30 kali lebih banyak untuk melakukan percobaan bunuh diri.
Ketika orang dewasa pernah mengalami kekerasan pada masa anak-anak, laki-laki dewasa memiliki kemungkinan 14 kali lebih besar untuk jadi pelaku kekerasan fisik atau seksual kepada pasangannya.
Sementara perempuan dewasa memiliki kemungkinan 16 kali lebih banyak untuk mendapatkan kekerasan fisik dan seksual dari pasangannya.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...