Dewan Keamanan PBB Kecam Peluncuran Roket Korea Utara
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada hari Minggu (7/2), menggelar pertemuan untuk mengecam peluncuran roket yang dilakukan Korea Utara, beberapa pekan setelah Pyongyang melakukan uji coba nuklir keempatnya.
“Kami membuat kesepakatan untuk mengecam jenis pelanggaran terhadap sanksi ini,” kata Duta Besar Venezuela Rafael Ramirez, yang memegang jabatan kepresidenan dewan, menjelang perundingan tertutup.
Korea Utara pada hari Minggu mengatakan telah berhasil menempatkan sebuah satelit ke orbit, sementara peluncuran roket yang mereka lakukan secara luas dikecam sebagai langkah penentangan lain untuk memperoleh rudal yang dapat menghantam daratan Amerika Serikat.
“Ini adalah uji coba teknologi rudal balistik dan hal tersebut merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan,” ungkap Wakil Duta Besar Inggris Peter Wilson, yang menyerukan “respons tegas dan cepat”.
Roket yang membawa satelit observasi Bumi itu diluncurkan pada Minggu sekitar pukul 9.00 waktu Pyongyang (0030 GMT) dan menurut televisi pemerintah, roket tersebut mencapai orbit 10 menit kemudian.
Sejumlah diplomat dari negara Barat dan sekutu Jepang dan Korea Selatan mereka berharap agar peluncuran terbaru itu akan mendorong Tiongkok, sekutu Pyongyang, untuk menyetujui rancangan resolusi PBB yang memberlakukan sanksi baru yang lebih ketat terhadap Pyongyang.
Korsel Lepaskan Tembakan Peringatan ke Kapal Korut
Sementara itu, Angkatan laut Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan ke arah kapal patroli Korea Utara yang menerobos perbatasan maritim yang disengketakan pada hari Senin (8/2), sehari setelah peluncuran roket jarak jauh Pyongyang memicu ketegangan.
Kementerian Pertahanan di Seoul mengatakan bahwa kapal Korea Utara melintasi perbatasan Laut Kuning tepat sebelum pukul 07.00 (waktu setempat pada hari Minggu).
“Kapal itu dengan cepat mundur setelah angkatan laut Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan,” kata seorang pejabat kementerian.
Perbatasan maritim de-facto antara kedua negara Korea itu - Garis Batas Utara - tidak diakui oleh Pyongyang, yang mengatakan bahwa batas tersebut secara sepihak dibuat oleh pasukan PBB yang dipimpin AS setelah Perang Korea pada 1950-1953.
Kedua belah pihak mengeluhkan seringnya aksi penerobosan oleh salah satu pihak dan ada beberapa bentrokan angkatan laut pada 1999, 2002 dan 2009.
Insiden seperti penerobosan yang terjadi pada Senin sering terjadi dan jarang memicu ketegangan yang lebih serius.
Namun, Korea Selatan sedang bersiaga menyusul peluncuran roket yang dilakukan Korea Utara pada Minggu, yang menurut Seoul merupakan uji coba rudal balistik terselubung. (AFP/Ant)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...