Di Nias ”böi”, di Jawa ”jangan”
Ujung tanaman pakis yang berbentuk melingkar itu tidak cepat layu, sehingga menjadi simbol keberlangsungan dan keberlanjutan hidup.
SATUHARAPAN.COM – Ada kata beragam makna, ada juga benda dengan sebutan beragam. Minggu lalu di Nias, keluarga saya menyediakan menu sayuran khas. Ketika saya tanya apa namanya, mereka menyebutnya ”böi” (baca: bei). Dalam bahasa Nias, böi berarti ”jangan”. Contohnya, böi olifu atau jangan lupa. Atau, böi kete nakhimö, jangan mencubit adikmu. Saya teringat bahwa masyarakat Jawa juga menyebut sayuran sebagai ”jangan”. Di Nias kita memiliki sayuran böi yang berarti ”jangan”.
Orang Nias sangat mengenal jenis sayuran yang dihidangkan siang itu. Böi adalah sejenis tanaman pakis (Diplazium esculentum) yang tumbuh di Nias. Pakis mudah tumbuh di Nias yang struktur tanahnya berbukit-lembah dan agak lembab karena curah hujan tinggi. Masyarakat Nias memetik bagian daun pakis sayur yang muda dan belum mekar sempurna. Pakis sayur yang memiliki daun indah seperti sulur ini memiliki tekstur rasa yang empuk, lembut, dan enak. Orang Nias biasanya menghidangkannya setelah ditumis, direbus untuk campuran atau digulai dengan santan kelapa Nias.
Dari manfaat kesehatan, pakis sayur ini mengandung cukup vitamin C dan kolagen, juga bermanfaat sebagai antioksidan. Untuk beberapa jenis pakis yang tidak dimakan, ternyata berfungsi antipolusi dan bermanfaat dalam penyediaan air tanah yang bersih.
Sambil menyantap ”jangan böi” ini, saya merenung. Jangan-jangan karena akrab dan sering menyantap pakis sayur, masyarakat Nias di pedesaan menjadi sehat, berumur panjang, dan berkulit bersih serta halus. Meski pakis dicap bukan makanan modern, tetapi makanan kampung, saya meyakini bahwa sayuran tersebut merupakan salah satu solusi bagi berbagai masalah kesehatan di kehidupan modern.
Karena erat dengan kehidupan Nias, maka pakis sayur menjadi simbol dalam tradisi budaya. Ujung tanaman pakis yang berbentuk melingkar itu tidak cepat layu, sehingga menjadi simbol keberlangsungan dan keberlanjutan hidup. Dalam tradisi Nias, pakis disimbolkan sebagai makna kelangsungan hidup dan kesejahteraan.
Gambar pakis ini dapat dilihat dalam ornamen-ornamen Nias, baik itu di dinding rumah adat, di dalam motif anyaman bolanafo, bahkan dalam motif pakaian dan perhiasan. Bila melihat ornamen itu, saya merasakan sebuah sentuhan semangat kehidupan orang Nias: keagungan hidup, penghargaan atas ciptaan, dan harapan.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Apa Arti Perjanjian Gencatan Senjata bagi Israel, Hamas, dan...
SATUHARAPAN.COM-Para mediator mengatakan Israel dan Hamas telah sepakat untuk menghentikan pertempur...