Di Sebuah Sumur
Perempuan itu haus baik jasmani maupun rohani.
SATUHARAPAN.COM – ”Berilah aku minum,” pinta Yesus Orang Nazaret kepada perempuan Samaria yang baru ditemui-Nya (Yoh. 4:7). Yesus sungguh haus dan letih. Dia tidak sedang berpura-pura.
Ketidakpura-puraan itulah agaknya yang membuat perempuan itu menanggapi permintaan-Nya. Awalnya dengan rasa heran karena ada seorang laki-laki Yahudi meminta air kepada perempuan Samaria. Selanjutnya, percakapan mengalir cepat dan lancar, kemungkinan sembari minum bersama. Percakapan itu berujung pada persoalan besar manusia: air.
Air merupakan kebutuhan utama manusia setelah oksigen. Orang masih bisa hidup beberapa hari tanpa makanan, tetapi tidak tanpa air. Manusia tak mungkin hidup tanpa air. Bahkan, 90 persen otak manusia terdiri atas air. Air merupakan kebutuhan vital manusia. Tanpa air manusia tak mampu berbuat apa-apa, juga berpikir.
Itulah yang terjadi di Masa dan Meriba (Kel. 17:1-7; Mzm. 95:8). Ketiadaan air membuat Israel—yang baru merdeka itu—melupakan kemerdekaannya. Ketiadaan air membuat mereka ingin kembali ke Mesir. Ketiadaan air membuat manusia tak mampu mengontrol emosinya. Bahkan, ketiadaan air membuat manusia mempertanyakan Tuhan. Ketiadaan air membuat mereka berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka. Ketiadaan air membuat iman mereka goyah.
Yesus—Allah yang menjadi manusia itu—mengerti sungguh akan keberadaan manusia tanpa air. Namun, Dia melangkah lebih jauh. Guru dari Nazaret itu menawarkan air hidup kepada perempuan Samaria itu. Dia menegaskan bahwa air hidup yang ditawarkan-Nya tidak akan membuat manusia haus lagi. Dan akhirnya, giliran perempuan itu yang meminta, ”Berikanlah aku air itu!” (Yoh. 4:15)
Perempuan itu tak ingin datang ke sumur itu lagi. Agaknya, dia merasa malu jika harus bertemu orang. Karena itulah, dia mengambil air pada waktu siang.
Kemungkinan itu disebabkan karena lima kali perkawinannya kandas. Sekarang dia sendiri takut mengikat diri dengan pasangan kumpul kebonya. Dia takut kalau-kalau perkawinan itu gagal lagi.
Dengan kata lain, perempuan itu haus baik jasmani maupun rohani. Dan Yesus tahu itu. Karena itulah, bisa dimengerti mengapa Guru dari Nazaret itu menawarkan air hidup kepada perempuan Samaria itu.
Air hidup itu adalah Dirinya sendiri. Dan di dalam Kristus, perempuan itu seperti bercermin. Yesus menyatakan keberadaan perempuan itu apa adanya. Di muka Yesus memang tak ada yang perlu disembunyikan. Yang terpenting adalah datang kepada-Nya sebagaimana adanya. Sebab oleh Dia kita telah diperdamaikan dengan Allah (Rm. 5:10).
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...