Diaken Melayani Umat yang Termarjinalkan
LOS ANGELES, SATUHARAPAN.COM – Bagi lebih kurang 5.000 umat Katolik yang mengalami kendala tunarungu di wilayah Keuskupan Los Angeles, mereka akan mengalami kesulitan menjalani misa.
Seperti diberitakan Catholic News Agency, hari Senin (2/1) mulai dari homili hingga berakhirnya misa, acara gereja pada umumnya dapat diakses untuk mereka yang berkekurangan pada pendengaran, kecuali gereja tersebut membuat akomodasi khusus yang dibuat di muka.
Menurut Tomas Garcia, seorang diaken di gereja “Holy Angels Catholic Church of the Deaf” di California, Amerika Serikat, yang tergolong tunarungu sejak kecil, dia sudah mengetahui sejak lama bahwa akan banyak tantangan yang akan dia hadapi di masa mendatang.
Dia berkeinginan membantu gerejanya dengan memberi petunjuk pada beberapa tantangan-tantangan dalam pelayanan sebagai salah satu diaken yang baru di keuskupan agung itu.
Selain itu, ia adalah seorang guru besar di Amercan Sign Language (bahasa isyarat) di East Los Angeles College.
Dia memiliki kemampuan bilingual, dan sebagai diaken yang permanen di gereja tersebut, Garcia dapat menjangkau untuk melayani umat Katolik tunarungu lainnya di Los Angeles.
“Saya lahir dengan gangguan pendengaran, dan secara terus-menerus mulai menghilang,” kata dia. “Saat saya masuk ke jenjang pendidikan, saya merasa sangat tuli,” kata dia.
Keluarganya merasa sedih dengan tuna rungu yang diderita Garcia, namun Garcia mengatakan hambatan pendengaran tersebut membawa seluruh anggota keluarganya lebih dekat kepada Tuhan.
Saat dia berusia delapan tahun, Garcia menghadiri kelas belajar Alkitab bersama neneknya.
“Saya berpikir dia mengajak saya ikut serta karena dia menginginkan gangguan pendengaran saya pulih dari gangguan pendengaran saya,” kata Garcia.
"Akhirnya, saya menyadari dengan ajakan nenek saya, saya melihat ke diri saya sendiri bahwa saya memiliki panggilan khusus,” kata Garcia.
Menggenapi Panggilan
Panggilan itu digenapi pada bulan Juni, ketika Uskup Agung José H. Gomez menahbiskan Garcia dan 12 orang lain untuk posisi diaken tersebut.
“Diaken adalah layanan disakramentalisasi,” kata Koordinator Asosiasi Keuskupan Agung asosiasi Los Angeles untuk pembentukan diakon, William J, Shaules.
“Diaken Garcia dan istrinya mengingatkan kesadaran kita tentang pelayanan kepada komunitas tuna rungu. Tidak hanya memaknai tuna rungu, tetapi mengajarkan kita untuk terlibat dan berkecimpung dengan tuna rungu,” kata Shaules.
Diaken Garcia menafsirkan liturgi dalam bahasa isyarat untuk umat yang berbahasa Inggris, dan Spanyol.
Sebelum ditahbiskan, ia ditafsirkan untuk imam selama lokakarya, berkat, dan retret.
Gereja “Holy Angels Catholic Church of the Deaf” melayani kebutuhan mereka yang berkekurangan di pendengaran. Jemaat yang menjadi anggota komunitasnya 95 persen adalah komunitas etnis Latin.
Sebagian besar keluarga-keluarga ini adalah penutur monolingual yakni bahasa Spanyol. Paroki tersebut merupakan salah satu dari beberapa tempat yang memungkinkan keluarga tuna rungu berbahasa Spanyol dapat pergi bersama-sama ke gereja dan memahami liturgi.
“Saat ini ada kebutuhan besar untuk tuna rungu yang senantiasa setia dan ingin menjalani misa dalam bahasa yang mereka mengerti,” kata Garcia.
Dia teringat saat masih bersekolah dia berpikir untuk tidak berkecimpung di kegiatan kerohanian, dan mundur dari kegiatan pemuda di paroki tersebut.
Sebelumnya dia hanya bisa mengikuti liturgi dengan membaca liturgi misa, namun semua itu berubah ketika dia bertemu dua pendeta yang membuat tanda mundur dengan tanda isyarat.
“Saya bisa tertawa dan menangis, dan saya benar-benar merasa masuk ke komunitas yang saya sebut Tubuh Kristus ini,” kata dia.
“Kelompok tuna rungu merasa nyaman layaknya berada di rumah mereka sendiri, dan mereka dapat membentuk hubungan dengan penuh kasih, hubungan yang langgeng dengan anggota komunitas yang menggunakan bahasa yang sama,” kata dia.
Pada tahun 2005, Garcia menerima implan koklea pertama dan pada tahun 2010, yang kedua. Dia membuat sebuah titik, "untuk berpartisipasi dalam sebuah khotbah dalam Spanyol dan mencoba untuk melakukannya tanpa seorang penerjemah."
Akhirnya, Garcia mencoba berpartisipasi dalam program khotbah berbahasa Spanyol tanpa bergantung pada seorang penerjemah.
Dia sekarang dapat membantu umat merasa lebih nyaman dengan menggunakan bahasa isyarat untuk penutur bahasa Inggris Amerika atau Spanyol.
Misa di Paroki tersebut juga menayangkan liturgi dari setiap kata-kata secara online, untuk mengakomodasi orang-orang di paroki tersebut dan juga di seluruh Los Angeles.
Tanggapan Paus Fransiskus tentang Disabilitas
Paus Fransiskus pernah membuat terhadap disabilitas yakni dengan mengundang sejumlah disabilitas dalam Misa Yubileum yang berjudul “For the Sick and Disabled” untuk yang Sakit dan Disabilitas pada 9-12 Juni 2016.
“Penyandang disabilitas adalah hadiah untuk keluarga dan kesempatan untuk bertumbuh dalam kasih, saling membantu dan kesatuan," kata Paus Fransiskus dalam acara tersebut.
Garcia mengatakan misa Yubileum tersebut merupakan bukti yang mengingatkan setiap manusia agar menjangkau yang termarjinalkan di masyarakat, dan tidak sebatas pada gereja saja.
Dia menjelaskan bahwa banyak dari mereka yang tuna rungu namun belum melihat rahmat dari Tuhan, dan kasih karunia menjadikan tuna rungu tersebut menjadi melihat cinta kasih dari Tuhan. (catholicnewsagency.com)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...