Dialog dengan Budayawan,Jokowi Disebut Presiden Paling Ndeso
Pesiden inginkan identitas dan jatidiri bangsa Indonesia lebih terlihat.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo, pada hari Selasa (23/8) berdialog dengan sejumlah seniman dan budayawan di Galeri Nasional Indonesia Jakarta untuk mendapatkan saran dari berbagai sisi.
Ketika ditanyakan wartawan tentang banyak terdengar tawa dalam pertemuan tersebut. Presiden mengamini dalam pertemuan tersebut diselingi banyak canda dan tawa. Dia mengatakan ada salah satu budayawan yang menyebutnya presiden dengan perilaku paling ndeso (desa).
"Tadi ada yang banyak ketawa karena ada salah satu budayawan yang mengatakan saya katanya presiden yang perilakunya paling ndeso dan wajahnya ndeso," kata Presiden Jokowi usai pertemuan.
Pada pertemuan tersebut, Presiden menjawab anggapan yang selama ini ditujukan pada dirinya mengenai program pembangunan yang diusungnya. Banyak pihak menganggap bahwa pemerintah sekarang ini hanya berfokus pada percepatan pembangunan fisik semata.
Presiden mengatakan tidak melupakan begitu saja pembangunan sumber daya manusia yang juga dirasa penting dalam pembangunan nasional.
"Sehingga pada sore hari ini, saya ingin mendapatkan masukan-masukan, mendapatkan input-input, agar pembangunan infrastruktur yang lunak, infrastruktur yang tidak keras itu juga bisa kita mulai," kata Presiden.
Adapun infrastruktur lunak yang dimaksud oleh Presiden tersebut terkait dengan kebudayaan dan segala dimensinya yang merepresentasikan identitas bangsa. Di hadapan sejumlah budayawan, Presiden menginginkan agar identitas dan jatidiri bangsa Indonesia jauh lebih terlihat.
Presiden juga mengatakan bahwa dirinya merasakan sendiri dan memahami keterbatasan sarana pendukung budaya yang ada.
"Saya tahu bahwa infrastruktur budaya yang ada di daerah yang saya lihat memang pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk kita bisa berekspresi dengan baik. Taman-taman budaya yang saya lihat sudah ada di beberapa kota/kabupaten tidak memberikan sebuah kontribusi yang kelihatan bagi pembangunan budaya kita," kata Jokowi.
Usai memberikan pengantarnya, dialog antara Presiden dengan sejumlah budayawan pun dimulai. Saat dialog yang bertajuk "Ngeteh Bareng Presiden" tersebut berlangsung, Presiden Joko Widodo didampingi Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Staf Khusus Presiden Sukardi Rinakit.
Tampak pula hadir Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
Adapun sejumlah seniman dan budayawan yang turut berpartisipasi dalam dialog tersebut antara lain Arswendo Atmowiloto, Frans Magnis Suseno, Jean Couteau, Garin Nugroho, Radhar Panca Dahana, Sutanto Mendut, Ahmad Tohari, Acep Zamzam Noor, Nasirun, Edy Utama, Al-Azhar, Sys Ns, Djadoeg Ferianto, dan Butet Kertaradjasa.
Usai bertemu dengan para budayawan, Presiden mengatakan kepada wartawan bahwa kita sering berbicara masalah ekonomi dan politik tapi lupa bicara sisi budaya.
"Kita lupa bahwa ada sisi budaya yang juga harus kita perhatikan sehingga ada kebijakan makro kebudayaan Indonesia. Ini yang akan kita rumuskan bersama-sama," kata Presiden.
Presiden mengakui dalam pertemuan itu banyak menerima masukan dari para budayawan itu, misalnya menumbuhkan kembali kesusastraan.
"Menguatkan kembali diplomasi budaya kita, membangun pusat kebudayaan. Tapi tidak di wilayah urban tetapi juga di desa sehingga muncul pusat kebudayaan, tak hanya di kota tetapi juga di daerah. Saya kira banyak sekali nanti kebijakan makro kebudayaan kita dalam rangka proses pembudayaan manusia," kata Presiden. (Setpres)
Editor : Eben E. Siadari
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...