Diam Tak Selalu Emas
Jangan lelah berpendapat baik secara lisan maupun tulisan.
SATUHARAPAN.COM – Ada yang menggelitik dari perkataan paslon no. 2 dalam debat cagub dan cawagub DKI yang ke-3, tentang analogi sikap sebagai orangtua dalam mendidik anak atau sikap sebagai om dan tante dalam pelaksanaan kepemimpinan kepala daerah terhadap penduduknya. Tentu saja perkataan tersebut akan memerahkan telinga pasangan debat yang lain, jika memang benar mereka bersikap sebagai om dan tante.
Debat sebagai ajang pemaparan program-program ini kerap diwarnai saling sindir dan tuding. Namun, memasuki masa tenang, warga pun diharap tenang menyaring semua informasi yang disampaikan, sebagai bahan pertimbangan saat pilkada yang akan tiba dalam hitungan hari, demi kebaikan bersama.
Mengungkapkan pendapat dan pikiran adalah hak asasi manusia yang dijamin dalam UUD’45 pasal 28. Jadi, sudah seharusnya kita pun bebas berpendapat, demikian juga dengan orang lain. Demo yang mengatasnamakan ormas tertentu dengan diiringi aroma politik secara kasat mata, juga adalah hak manusia. Dan kita pun bisa berpendapat tentang hal tersebut.
Tidak selamanya diam adalah emas. Bagaimana orang lain tahu apa yang menjadi keunggulan kita, bagaimana kita bisa mengoreksi kesalahan orang lain, jika kita diam saja?
Martin Luther King Jr pernah berkata, ” Tragedi yang besar bukanlah penindasan dan kekejaman oleh orang-orang jahat, tapi diamnya orang-orang baik akan hal tersebut.”
Karena itu, jangan pernah lelah untuk berpendapat baik secara lisan maupun tulisan demi kebaikan manusia. Jangan diam, karena tidak selalu diam adalah emas.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...