Dianiaya ISIS, Imigran Kristen Irak Minta AS Bertindak
PHILADELPHIA, SATUHARAPAN.COM - Uskup Agung Suriah mengatakan keengganan Amerika Serikat untuk menawarkan suaka kepada orang-orang Kristen yang dianiaya di Timur Tengah adalah suatu perlakuan 'tidak adil' dan dia memohon bantuan masyarakat AS dalam menghadapi militan Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS yang berupaya membasmi iman mereka.
Uskup Agung Aleppo, Jean Clement Jeanbart, pada hari Selasa (4/8) saat mengunjungi Philadelphia, memohon bantuan bagi meerka yang sejauh ini tidak mendapatkan suaka dan tetap berada di Timur Tengah.
"Jika Anda menyayangi kami, bantulah kami tetap bertahan di Suriah dan Lebanon dan Irak dan melanjutkan kehadiran Yesus Kristus di sana," katanya, sebagaimana dikutip ABC News dari kantor berita AP.
Kehadiran ISIS telah memaksa ratusan ribu orang Kristen Suriah dan Irak meninggalkan rumah mereka, mengancam eksistensi agama Kristen yang telah bertahan di wilayah tersebut selama 2.000 tahun dan mengundang aksi kemanusiaan yang menyebar ke seluruh dunia.
Pengungsi telah membanjiri kota-kota kosong, seperti Erbil di wilayah Kurdistan Irak, dan negara-negara tetangga termasuk Yordania dan Turki. Jutaan dolar dana amal telah dituangkan untuk membangun rumah baru dan sekolah, makanan dan perawatan kesehatan.
The Knights of Columbus, yang telah menyumbangkan lebih dari US$ 3 juta, pada hari Selasa (4/8) di konvensi tahunan di Philadelphia meluncurkan kampanye dan iklan penggalangan dana nasional ntuk membantu pengungsi dan meningkatkan kesadaran akan penderitaan mereka.
Gedung Putih mengatakan Presiden Barack Obama berkomitmen untuk membantu masyarakat minoritas Irak dan sangat prihatin atas ancaman ISIS. Departemen Luar Negeri AS telah mengirimkan bantuan dan mengatakan tetap dalam kontak yang teratur dengan umat Kristen Irak, pemimpin gereja dan organisasi bantuan.
Dikatakan AS telah mengumumkan bantuan ratusan juta dolar untuk menyelamatkan jiwa mereka yang terkena dampak pertempuran di Suriah.
Uskup Agung Erbil, Bashar Matti Warda, mengimbau agar masyarakat "berbicara untuk orang-orang Kristen di Timur Tengah."
"Mereka telah menjadi sasaran semua jenis kekerasan karena iman Kristen mereka," kata Warda pada konferensi pers tentang upaya kemanusiaan.
"Adalah tanggung jawab Anda - adalah tugas Anda untuk berbicara bagi mereka, ini adalah bagian dari diri Anda menjadi seorang Amerika."
Jeanbart dan Warda mengatakan mereka memutuskan untuk membangun kembali gereja mereka, walaupun kekerasan dan iming-iming untuk berimigrasi terus memangkas barisan umat mereka.
Populasi Kristen di Irak telah menurun dari 1,3 juta menjadi 300.000 sejak awal Perang Irak pada tahun 2003, kata Warda. Lebih dari 80.000 orang Kristen telah meninggalkan Aleppo dalam lima tahun terakhir, kata Jeanbart.
"Sangat menyedihkan melihat gereja dan masyarakat kami tercerai-berai," kata Jeanbart.
Beberapa pengungsi telah menjalani hidup baru di Australia dan Kanada, namun Warda mengatakan banyak dari mereka yang mengajukan visa AS, pulang dengan kecewa serta frustrasi oleh sistem yang mereka lihat lebih menguntungkan Muslim yang telah membantu penindasan mereka atau yang tidak berbicara menentang penindasan tersebut.
AS telah menerima 727 orang Kristen dan 4.205 Muslim dari Irak serta 23 orang Kristen dan 812 Muslim dari Suriah sejak 1 Januari, menurut Worldwide Refugee Adminssions Processing System. Namun, banyak diantara imigran itu menganggap pemerintah Obama melakukan diskriminasi kepada mereka. Akhir bulan lalu, puluhan umat Kristen Kasdim Irak ditahan di pusat penahanan ICE di Califormia selama enam bulan setelah melintasi perbatasan dari Meksiko.
San Diego Union melaporkan 20 dari 27 orang Kasdim di Pusat Penahanan Otay di Otay Mesa, California, memiliki anggota keluarga Amerika yang tinggal di Southern California yang bersedia mensponsori mereka. Namun mereka tetap ditahan. Para anggota keluarga mereka melakukan unjuk rasa untuk memprotes penahanan itu. "Sepertinya perbatasan terbuka untuk semua orang kecuali bila Anda seorang Kristen Irak yang melarikan diri dari kejaran ISIS," kata Mark Arabo, jurubicara komunitas masyarakat Kasdim Irak kepada San Diego Uniorn.
"Obama patut disalahkan, Kongres harus disalahkan, dan Departemen Luar Negeri AS juga bersalah," kata dia.
Para imigran ini kini menaruh harapan kepada masyarakat sipil AS. Jeanbart mengatakan pendapat masyarakat awam AS "dapat membuat tekanan pada pembuat keputusan agar kami dimasukkan dalam proritas kemanusiaan mereka. Bukan perang, minyak atau uang."
Israel Pada Prinsipnya Setuju Gencatan Senjata dengan Hizbul...
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Siaran media Kan melaporkan bahwa Israel pada prinsipnya telah menyetujui...