Dibutuhkan: Tayangan Sarat Semangat Keragaman Bangsa
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Bertumbuhnya industri penyiaran khususnya televisi saat ini harus diikuti dengan kemampuan memproduksi tayangan-tayangan yang mencerminkan semangat dan harmoni. Demikian dikatakan oleh Komisaris Trans Corp, Ishadi SK yang hadir sebagai pakar dunia penyiaran televisi di Indonesia, di sela seminar “Spirit Indonesia: Membangun Media Penyiaran yang Mencerdaskan” pada Pameran Dunia Penyiaran Indonesia 2013 (Indonesian Broadcasting Expo 2013), Kamis (18/4) di Balai Kartini, Jakarta.
Masih dalam pameran yang diikuti lebih dari 43 stan dari seluruh stasiun televisi swasta nasional, asosiasi televisi lokal, beberapa rumah produksi film televisi dan sinetron tersebut, Henny Supolo Sitepu dari Yayasan Cahaya Guru mengungkapkan bahwa ia memiliki pandangan yang hampir serupa dengan Ishadi SK yakni ingin menandaskan bahwa televisi mencerdaskan terlebih dahulu dengan pola yang jelas dan terukur.
“Jelas” artinya, bahwa stasiun televisi tersebut harus memiliki visi dan misi yang dapat mudah dimengerti masyarakat dan selaras dengan misi mencerdaskan bangsa, dan terukur adalah bagaimana stasiun televisi memiliki target dan parameter dan kualifikasi tayangan apa saja yang layak ditonton pemirsa.
“Buat saya sebagai masyarakat awam, memang ukuran tayangan televisi untuk mencerdaskan pemirsanya harus jelas dan terukur, jelas artinya ada visi misi yang mudah dipahami pemirsa sehingga stasiun-stasiun televisi dapat mencerdaskan bangsa, kalau terukur berarti setiap stasiun televisi punya target dalam periode tertentu harus dapat mencerdaskan bangsa," kata Henny.
Henny juga mengimbau apabila tayangan-tayangan televisi saat ini apabila dikaitkan dalam spirit harmoni bangsa Indonesia yang penuh keragaman, maka tayangan tersebut harus mencerminkan perbedaan sebagai sebuah harmoni bangsa.
“Saat ini dalam kehidupan sehari-hari sering kita melihat saat perkembangan usia anak didik di sekolah harus mencerminkan spirit keragaman. Ambil contoh anak-anak di sekolah ada beberapa daerah yang mewajibkan penggunaan jilbab bagi siswi di sekolah negeri. Hal ini tidak dapat dibiarkan, karena menurut saya, mengenakan jilbab atau tidak merupakan pilihan masing-masing individu. Pada contoh seperti inilah sebuah media harus mampu mencerdaskan pemirsa dengan tetap menampilkan kondisi budaya bangsa Indonesia yang beragam dan ber-Bhinneka Tunggal Ika,” tutur Henny lagi.
Ia menyimpulkan bahwa dalam kaitannya dengan dunia pertelevisian maka tidak hanya produksi-produksi siaran televisi yang meraih rating tinggi dan unggul, tetapi sejauh mana televisi dapat menyikamim keragaman di Indonesia jauh lebih penting.
Editor : Wiwin Wirwidya Hendra
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...