Didi Budiardjo 25 Tahun Berkarya: Belum Apa-apa
SATUHARAPAN.COM – “Belum. Belum apa-apa. Masih banyak yang belum saya lakukan.” Kalimat itu terlontar dari mulut perancang busana Didi Budiardjo (43), sebelum mempergelarkan “2015 Couture Collection”.
Perancang busana yang dikenal dengan desain-desainnya yang modern dan unik itu menggelar koleksi karyanya di Grand Ballroom Hotel Mulia, Jakarta, 1 Oktober, menandai 25 tahun perjalanan kariernya.
Didi, yang dilahirkan di Malang, 22 November 1970 dengan nama Adi Teguh Prabawa, memulai kariernya di bidang busana dengan menjalani pendidikan mode formal pertama di Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo pada 1989. Pada tahun itu juga, Didi berhasil memenangkan Susan Budihardjo Designer Contest.
Pada 1991, Didi meneruskan pendidikannya di bidang mode di Atelier-Fleuri Delaporte Paris, Prancis. Pada tahun itu juga, redaktur mode media massa Jakarta yang tergabung dalam Redmod, memberikan Piala Redmod untuk Didi sebagai “New Comer Fashion Designer of the Year”.
Memulai dengan membuat busana siap-pakai, dalam perjalanan kariernya, Didi kemudian lebih dikenal dengan koleksi karya busana-busana pernikahan, busana pesta, serta kebaya modern dan elegan.
Kecintaannya kepada budaya Indonesia membawa Didi untuk menciptakan busana baru yang dinamakan "Didi Budiardjo Kebaya". Ia ingin mendorong pencinta busana Indonesia memakai kebaya dengan kebanggaan yang sama seperti kalau mengenakan busana mewah. Atas kepedulian pada budaya, Pemerintah Indonesia menganugerahkan penghargaan "Kepedulian terhadap Pelestarian Budaya Indonesia" pada 1999.
Kecintaan pada budaya itu pula yang mendasari peragaan-peragaan busana Didi kental dengan warna legenda Indonesia, seperti peragaan busana "Widyadhari" pada 2000. Pada tahun itu pula Didi mendapatkan penghargaan "Fashion Designer Award" dari Fashion Cafe. Pada tahun berikut, ia menggelar peragaan busana “Suvarnadvipa” di Senayan, Jakarta.
Pada 2005, Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) mencatat rancangannya, bustier terbesar, yang menutupi gedung pada acara pembukaan Fashion Bar di Jakarta. Pada tahun yang sama, ia mendapatkan penghargaan dari Plaza Indonesia sebagai Perancang Muda Berbakat.
Dua Rencana Besar di Awal Tahun
Kepedulian Didi pada budaya lokal mengantarnya terlibat dalam pembinaan perajin tenun untuk produk fashion dan produk interior di beberapa sentra tenun di Nusantara yang digagas Cita Tenun Indonesia. Bekerja sama dengan desainer tekstil, Didi menghabiskan waktunya di sentra tenun Sambas, Kalimantan Barat.
“Belum lama ini bersama desainer tekstil juga melakukan pembinaan perajin tenun di Jembrana, Bali Barat,” kata Didi kepada satuharapan.com.
Dalam acara temu pers sebelum peragaan busana tahunannya, Didi menyempatkan diri mengabarkan dua rencana besar yang akan dia kerjakan.
Dia akan menggelar pameran bertema “Pilgrimage” di Museum Tekstil Jakarta Pusat, 6 – 15 Januari 2015. Didi menyebutkan pameran itu sebagai bagian dari perjalanan kariernya, seperti ia tulis dalam siaran pers, “Perjalanan bukanlah sebuah lawatan, bukan sebuah liburan, namun proses. Sebuah penemuan, sebuah proses penemuan diri sendiri…”
Pada 5 – 15 Februari 2015, ia menggelar Art Installations di Senayan City, Jakarta Selatan. Menggelar tema “Sawunggaling”, instalasi seni itu terinspirasi dari dua maestro batik Indonesia, KRT Hardjonagoro Go Tik Swan dan Iwan Tirta.
Sawunggaling, menurut Didi, merupakan perlambangan dari kemenangan di dalamnya, tersimpan harapan akan kekuatan yang dapats elalu mengantarkan kemenangan.
Melalui karyanya itu Didi mencoba menginterpretasikan simbol-simbol itu dalam bentuk dan tampilan yang baru, yang dikemas dalam teknologi modern, tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi.
Dalam siaran pers disebutkan, instalasi itu akan menggunakan layar LED berukuran besar, yang sebagian layarnya akan ditutup dengan butiran-butiran beras, sehingga membentuk burung Sawunggaling, yang sedang mengarungi semesta melewati batas-batas ruang, waktu, dan budaya. Beras, bagi Didi, melambangkan kesuburan, kemakmuran, dan kekayaan alam Indonesia. Beras wutah juga merupakan salah satu isen-isen batik adiluhung.
“Jangan lupa hadir, ya,” kata Didi.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...