Dinamika Muktamar NU Dinilai Hanya untuk Penuhi Ambisi
JOMBANG, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum Pagarnusa, Kiai Haji Aizzudin, mengaku terkejut dan prihatin atas dinamika Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) yang terus molor, terutama terkait pembahasan Pasal 19 Tata Tertib (Tatib) Muktamar tentang sistem Ahlul Halli wal 'aqdi (Ahwa) untuk pemilihan Rais Aam PBNU.
"Sangat mengejutkan dan memprihatinkan dinamika Muktamar NU yang saat ini terjadi. Perbedaan pendapat sudah mengarah ke konflik, Prinsip-prinsip NU diterjang oleh sekelompok orang hanya untuk memenuhi ambisi kekuasaan dan jabatan," ujar Aizuddin kepada wartawan di Alun-alun Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, Senin (3/8).
Terkait dengan sistem pemilihan tersebut, pria yang akrab dipanggil Gus Aiz ini menilai Ahwa ialah pengejawantahan musyawarah mufakat seperti termaktub dalam anggaran dasara dan anggaran rumah tangga (AD/ART).
Menurut dia, perseturuan antarnahdliyin di Muktamar NU kali ini begitu tampak. Karena itu, dia menyayangkan kegaduhan yang terjadi di arena Muktamar NU, apalagi kali ini digelar di tanah kelahiran para pendiri NU.
"Mbah Hasyim mendapat amanah menyampaikan pendirian jamiyyah NU dengan sowan dan mengajak satu persatu masyayikh baik yang menjadi guru maupun murid beliau, dan ingat AHWA cerminan yang pernah dilakukan sebagaimana awal NU didirikan. Jika dikatakan tidak paham organisasi, organisasi ini berdiri ada sejarahnya, sangat disayangkan Tebuireng menjadi radikal" ucap Guz Aiz.
Atas dinamika tersebut, dia memohonan maaf kepada masyarakat dan berharap muktamar kali ini berjalan lancar dan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
"Kegaduhan yang terjadi di arena Muktamar NU berakar dari dua Hasyim. Bani Hasyim Asy'ari, mohon maaf atas peristiwa ini," tutur Guz Aiz.
Editor : Bayu Probo
Pengadilan Swedia Hukum Politisi Sayap Kanan Karena Menghina...
MALMO-SWEDIA, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan Swedia menjatuhkan hukuman pada hari Selasa (5/11) kepada s...