Dinilai Gagal Jaga Kerukunan, Bupati Singkil Dituntut Mundur
ACEH SINGKIL, SATUHARAPAN.COM – Forum Umat Islam (FUI) menuntut pasangan kepala Daerah Kabupaten Aceh Singkil, Safriadi dan Dulmusrid, mundur. Keduanya dinilai telah gagal memimpin salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Aceh itu.
Tuntutan tersebut disampaikan FUI saat berunjuk rasa ke Kantor Bupati Aceh Singkil di Pulau Sarok, Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Daerah Istimewa Aceh, hari Kamis (12/11).
FUI menilai salah satu bukti kegagalan Safriadi dan Dulmusrid memimpin Kabupaten Aceh Singkil adalah terjadinya bentrokan antaragama pada hari Selasa 13 Oktober 2015 lalu, di mana mengakibatkan dua korban meninggal.
Koordinator unjak rasa, Irfan, mengatakan kepala daerah Kabupaten Aceh Singkil tidak memperhatikan nasib korban peristiwa tersebut. Pascabentrokan, Safriadi dan Dulmusrid justru sembunyi.
“Mereka gagal memberikan rasa aman dan nyaman kepada warga. Bupati Safriadi lebih banyak menghabiskan waktu ke luar daerah ketimbang melayani rakyatnya,” kata Irfan seperti dikutip Serambi Indonesia, hari Jumat (13/11).
Dia menambahkan, selama tiga tahun kepemimpinan Safriadi dan Dulmusrid, Kabupaten Aceh Singkil justru semakin menjadi wilayah termiskin dan tertinggal di Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Pembangunan gedung pemerintah di Kabupaten Aceh Singkil juga banyak yang terbengkalai.
DPRK Diminta Makzulkan Bupati
Karena gagal menemui Safriadi dan Dulmusrid di kantornya, FUI memindahkan aksinya ke Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Singkil di Kampung Baru, Kecamatan Singkil Utara.
Setibanya di sana, FUI menuntut agar DPRK Aceh Singkil segera menggelar sidang paripurna pemakzulan Safriadi dan Dulmusrid. Kedua kepala daerah tersebut dinilai telah membiarrkan konflik yang memakan korban jiwa. “DPRK segera gelar sidang pemakzulan terhadap bupati dan wakil bupati lantaran mereka telah melakukan pembiaran hingga konflik terjadi,” kata demostran.
Akhirnya, Sekretaris DPRK Aceh Singkil, Ahmad Rivai, pun mengajak perwakilan demonstran menemui pemimpin DPRK Aceh Singkil, namun FUI kembali menolak. FUI meminta pemimpin DPRK Aceh Singkil keluar dan menemui mereka.
FUI pun kembali melanjutkan aksinya di depan Gedung DPRK Aceh Singkil, hingga akhirnya mereka membubarkan diri, sambil mengancam akan kembali lagi bersama massa yang lebih banyak.
Tanggapan Sekda
Dihubungi terpisah, Sekretaris Daerah Aceh Singkil, Azmi, menerangkan Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil sebenarnya telah melakukan langkah-langkah antisipatif guna mencegah konflik antarumat beragama terjadi. Seperti, sosialisasi hasil kesepakatan penertiban rumah ibadah pada 12 Oktober 2015, namun kejadian pada 13 Oktober 2015 di luar prediksi.
Terkait tuntutan agar Safriadi dan Dulmusrid mundur, dia mengatakan, sebagai negara hukum semua pihak harus taat dan patuh pada aturan.
Sementara, perihal tidak diperhatikannya korban bentrokan antaragama pada hari Selasa 13 Oktober 2015 lalu, Azmi, membantah. Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil telah memeberikan perhatian, meskipun belum sempat menjenguk korban yang dirawat di Kota Banda Aceh.
“Mungkin semua pihak tahu, pascaperistiwa bentrokan itu Pak Bupati jangankan ke Banda Aceh, ke Subulussalam saja tidak bisa,” tutur Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Singkil itu.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...