Dino Patti Djalal: Jokowi akan Lolos ke Tahun Kedua
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mantan Wakil Menteri Luar Negeri, Dino Patti Djalal, mengatakan optimismenya bahwa Presiden Joko Widodo akan lolos ke tahun kedua pemerintahannya, kendati dia akui Jokowi kini menghadapi situasi yang sangat sulit.
Menurut Dino, Jokowi adalah pemimpin yang terbukti sintas (survive) dalam berbagai tantangan dan pragmatis dalam mengambil keputusan.
“Saya optimistis dia akan lolos ke tahun kedua,” kata mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat itu.
Hal ini dia katakan ketika berbicara dalam konferensi yang diselenggarakan oleh The Economist bertema New Light or False Down, yang berlangsung di Hotel Shangri La, Jakarta, hari ini (11/2).
Dalam konferensi ini, dievaluasi pemerintahan Jokowi dalam 100 hari pertama berkuasa.
Berbicara sebagai panelis bersama Duta Besar AS untuk Indonesia, Robert Blake, Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Djayadi Hanan dan chairman Global Counsel, Peter Mandelson, Dino mengingatkan Jokowi agar jangan menganggap remeh situasi politik saat ini.
“Dia mewarisi ekonomi yang baik (dari SBY, red), proses Pemilu yang damai, modal yang besar, dukungan internasional yang besar, tapi sekarang dia menghadapi situasi yang sulit. Jangan underestimate situasi. Bagaimana beliau mengatasi situasi ini akan mendefinisikan pemerintahan Jokowi ke depan,” kata Dino tanpa memerinci situasi sulit yang dihadapi, namun dapat diduga ia mengaitkannya dengan ketegangan antara KPK dan Polri dewasa ini.
Dino mengatakan Jokowi saat ini memerlukan improvisasi politik untuk dapat menyelesaikan masalah yang kini ia hadapi. Namun Dino tidak menjelaskan lebih lanjut improvisasi yang dia maksud.
Ia mengambil contoh Presiden BJ Habibie ketika berkuasa. Dalam dua tahun, menurut dia, Habibie dapat melakukan reformasi di berbagai bidang dengan kecepatan yang tinggi. Dino menilai Jokowi harus meniru hal ini.
Ia menambahkan, kelas menengah Indonesia kini makin besar dan makin banyak tuntutannya. Oleh karena itu ia menilai Presiden Joko Widodo harus memperhatikan aspirasi mereka.
Di sisi lain ia juga menekankan walaupun diplomasi luar negeri oleh Presiden Joko Widodo ingin difokuskan pada ekonomi, Indonesia harus mengantisipasi perubahan geopolitik dunia. Dan Indonesia harus berperan penting dalam hal ini.
“Nasionalisme saja tidak cukup. Nasionalisme positif harus dilengkapi dengan internasionalisme positif.”
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...