Diprotes, Rencana Pementasan Drama Hamlet di Korea Utara
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Kelompok hak asasi manusia mempertanyakan kebijakan Globe Theatre Shakespeare di London yang akan menampilkan drama “Hamlet” di Pyongyang, Korea Utara, dan mereka menyerukan agar rencana itu dibatalkan.
Globe akan tampil memainkan drama itu di Korea Utara yang dikenal sebagai negara penuh rahasia pada September 2015. Pementasan ini sebagai bagian dari tur global yang menandai ulang tahun ke- 450 tahun kelahiran William Shakepeare, dramawan Inggris itu.
"Kami tidak percaya bahwa ada orang yang harus dikecualikan mendapat kesempatan untuk menyaksikan drama ini," kata pihak teater mempertanyakan.
Namun Phil Robertson, Wakil Direktur Divisi Asia dari Human Rights Watch, mengatakan bahwa pengecualian akan dilakukan pada hari pementasan di Pyongyang. "Ini akan menjadi (pementasan dengan penonton) sangat terbatas. Penonton elite yang akan menyaksikan pementasan apapun," kata Robertson dari AFP, hari Selasa (11/3).
"(Pementasan) itu berlangsung di Pyongyang, yang merupakan kota yang penghuninya dipilih untuk tinggal di sana, karena mereka telah menunjukkan loyalitas," kata Robertson. "Jadi ada proses pra seleksi yang ketat yang mengabaikan hak."
Meskipun Korea Utara adalah subjek dari banyak sanksi internasional Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), pada dasarnya tidak ada boikot budaya terhadap negara itu. Atau tidak ada ketentuan lain yang dilanggar oleh kerja seperti itu, seperti yang direncanakan Globe.
Kelompok hak asasi manusia, Amnesty International, mendesak pihak teater untuk "membaca" realitas tentang Korea Utara sebelum pergi ke sana.
"Tidak ada drama tragis akan dekat dengan penderitaan di sana bahwa 100.000 orang terjebak di dalam kamp-kamp penjara di negara itu. Mereka tengah bertahan dari penyiksaan, pemerkosaan, kelaparan dan eksekusi, sebagai kejadian sehari-hari," kata Amnesty dalam sebuah pernyataan.
Membunuh Paman
Tanggal untuk pementasan di Korea Utara belum ditetapkan, dan tidak jelas seberapa jauh negosiasi telah dilakukan antara Globe dan Pyongyang.
"Ketika kepemimpinan Korea Utara membaca plot drama “Hamlet”, satu hal yang terbayangkan adalah mereka mungkin tetap bersikeras pada aturan yang lain," kata Robertson.
Drama ini berkisah permusuhan keluarga danberakhir dengan pembunuhan oleh Hamlet kepada pamannya. Hal ini bisa terkait dengan peristiwa baru-baru ini di Korea Utara dimana rezim pemimpin Kim Jong -Un memerintahkan eksekusi mati terhadap pamannya, Jang Song-Thaek pada Desember tahun lalu.
Jang, setelah resmi menjadi orang nomor dua negara itu dan mentor politik Kim, akhirnya dihukum mati pada tanggal 12 Desember. Dia dituduh melakukan berbagai pelanggaran, termasuk korupsi dan merencanakan menggulingkan negara.
"Ada ironi yan gelap dalam kenyataan bahwa drama “Hamlet” menampilkan pergumulan sang pangeran dengan suara hati nuraninya. namun Kim Jong -Un bukan Hamlet. Sayangnya, dia tidak menunjukkan tanda-tana pergumulan dengan suara hati nuraninya," kata pernyataan Amnesty. (AFP)
Polusi Udara Parah, Pengadilan India Minta Pembatasan Kendar...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan tinggi India pada hari Jumat (22/11) memerintahkan pihak berwe...