Dirjen SPK: 93,5 Persen Anak Tak Konsumsi Sayur
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen (Dirjen SPK) Kementerian Perdagangan Widodo mengatakan sebanyak 93,5 persen anak-anak di Indonesia di atas usia 10 tahun kurang mengonsumsi sayur dan buah. Angka ini sedikit menurun dibandingkan pada 2007 lalu sebesar 93,6 persen.
Untuk itu, Dirjen SPK dan Kemendag akan menggencarkan kampanye pentingnya menciptakan konsumen yang cerdas dan mandiri. Widodo mengajak setiap keluarga menjadi konsumen yang cerdas dalam mengatur pola konsumsinya.
“Hak atas pangan yang sehat perlu dikampanyekan. Konsumen harus menjaga keseimbangan gizi agar terhindar dari berbagai penyakit,” kata Widodo dalam talk show peringatan Hari Konsumen Dunia di Auditorium RRI Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 Jakarta Pusat, Minggu (15/3).
Talk show dengan tema “Saatnya Bicara Masalah Obesitas Pada Anak, Demi Masa Depan Yang Lebih Sehat” ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan Hari Konsumen Nasional (Harkonas) yang bertujuan untuk mengampanyekan pentingnya pola konsumsi yang sehat berbasis sumber daya lokal untuk membentuk konsumen yang sehat, cerdas dan mandiri. Sedangkan tema Hari Hak Konsumen Sedunia 2015 yaitu “Healthy Diet” yang menekankan pada masalah obesitas.
Mengutip dari profil kesehatan 2003, Widodo menyatakan bahwa di Indonesia penduduk dengan obesitas meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan karakteristik, masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan, berpendidikan yang lebih tinggi dan pada tingkat ekonomi yang lebih tinggi pula.
Dia memaparkan dari data Riset Kesehatan Dasar 2013 prevalensi berat badan lebih dan obesitas meningkat menjadi 26,3 persen dibandingkan 21,7 persen pada 2010. Sedangkan untuk anak usia 5-12 tahun terjadi peningkatan yang signifikan dari 9,2 persen menjadi 18,8 persen.
Sedangkan pola makan yang buruk, dari sumber data yang sama menunjukkan 93,5 persen penduduk di atas 10 tahun dikategorikan kurang mengonsumsi sayur dan buah. Angka ini sedikit menurun dibandingkan tahun 2007 lalu sebesar 93,6 persen . Sementara konsumsi mie instan lebih dari satu kali seminggu pada anak usia 10-14 tahun mencapai 90,5 persen. Kemudian, data yang lain menyebutkan bahwa 51 persen mengonsumsi mie instan lebih dari tiga kali seminggu.
“Dikhawatirkan pola ini tidak akan menghasilkan pemenuhan gizi yang baik,” kata Widodo.
Selain itu, penduduk di atas 10 tahun mengonsumsi makanan berisiko yang cukup tinggi yaitu 53 persen makanan manis, 41 persen makanan berlemak, 26 persen makanan asin, serta 77 persen mengonsumsi bumbu penyedap. Dari data tersebut, Widodo menyatakan lengkap sudah berbagai faktor pemicu penyakit tidak menular pada bangsa Indonesia.
“Ketersediaan dan pola makan yang sehat dirusak oleh ketersediaan, akses dan keterjangkauan produk-produk pangan olahan yang tinggi lemak, gula dan garam. Produk-produk semacam ini juga sangat gencar dipromosikan dan dipasarkan, mengalahkan pasar pangan lokal yang lebih sehat. Kita perlu perubahan lingkungan untuk membantu konsumen memilih pola makan yang lebih sehat,” kata Widodo.
Talk show ini diikuti oleh 100 peserta dengan narasumber dari Kementerian Kesehatan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Editor : Eben Ezer Siadari
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...