Disebut Tedros Menghina dan Mengancam, Taiwan Tuntut Permintaan Maaf
Tedros Tidak Menanggapi Kritik Trump Dan Taro Aso Bahwa WHO Sangat China Sentris
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Taiwan marah dan menuntut Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus minta maaf. Sebelumnya Tedros mengatakan bahwa dia menerima ancaman pembunuhan, hinaan, dan pelecehan rasial, dan dia menyebut Taiwan.
“Untuk pertama kali saya akan mengumumkan ini kepada publik, bahkan ancaman pembunuhan, katanya hari Rabu (8/4), seperti dikutip Marca. Tedros adalah mantan menteri kesehatan Ethiopia.
"Kita tidak bisa menoleransi itu, tapi saya tidak peduli juga selama saya pribadi yang dihina atau diserang secara rasial... karena saya sangat bangga menjadi kulit hitam." katanya. The Washington Post, menyebutkan tudingan Tedros itu ditujukan pada Taiwan. Dia menuduh kementerian luar negeri Taiwan terlibat dalam kampanye negatif terhadap dirinya selama berbulan-bulan.
Sejak virus Covid-19 mulai menyebar secara global, serangan yang dilancarkan kepadanya semakin bersifat personal. "Tiga bulan lalu, serangan ini datang dari Taiwan," katanya merujuk pada kritik dan penghinaan online.
Tedros membantah menjadi partisan atau bias dalam geopolitik. "Silakan karantina politik COVID. Itu yang kita inginkan. Kami tidak peduli dengan serangan pribadi," katanya, dikutip AFP.
Taiwan Tuntut Tedros Minta Maaf
Taiwan menolak tuduhan itu, san sebaliknya menuntut permintaan maaf dari kepala WHO itu Organisasi pada hari Kamis (9/4), seperti dilaporkan AFP. "23 juta orang Taiwan sendiri sangat didiskriminasi oleh politik sistem kesehatan internasional, dan mengecam semua bentuk diskriminasi dan ketidakadilan," kata pernyataan resmi Taiwan menanggapi tudingan Tedros.
"Negara kami tidak pernah mendorong publik untuk melancarkan serangan pribadi terhadapnya atau membuat komentar diskriminatif rasial," kata juru bicara kementerian luar negeri Taiwan, Joanne Ou.
Dalam sebuah posting di halaman Facebook, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, mengundang Tedros untuk mengunjungi Taiwan dan belajar dari penanganan epidemi, menantangnya untuk "menolak tekanan dari China".
"Kami telah diblokir dari organisasi internasional selama bertahun-tahun dan kami tahu bagaimana rasanya didiskriminasi dan diisolasi dari orang lain," katanya.
Tidak Respons Kritik Trump
Tedros tampaknya menghindari menyebut nama Donald Trump, Presiden Amerika Serikat yang juga mengritiknya dengan tajam. Dalam sebuah pesan Tweetter yang mengancam akan memotong pendanaan untuk WHO, Trump menyebut organisasi itu "sangat China sentris".
Kritikan juga muncul dari Wakil Perdana Menteri Jepang, Taro Aso, yang mengkhawatirkan WHO berubah nama dari Organisasi Kesehatan Dunia menjadi “Organisasi Kesehatan China.”
Namun Tedros tidak memberikan respons langsung atas kritikan itu. Juga terhadap petisi online yang sekarang sedang berjalan yang menuntut agar dia mengundurkan diri dari jabatan di organisasi dalam payung PBB itu.
Dalam konferensi pers, Tedros menekankan agar setiap negara tidak mempolitisasi pandemi virus corona, dan meminta semua pihak bekerja sama memeranginya.
Tentang AS, Tedros meminta agar Amerika Serikat dan China mau bekerja sama. "Jika Anda tidak ingin lebih banyak kantong mayat, maka cobalah untuk menahan diri mempolitisasinya," kata Tedros.
Hubungan WHO dan Taiwan
Hubungan antara WHO dan Taiwan telah memburuk sejak pandemi dimulai, bahkan ketika para pakar kesehatan memuji Taiwan atas tanggapannya terhadap penyebaran virus.
Taiwan hanya memiliki 380 pasien COVID-19 yang dikonfirmasi, dan lima pasien meninggal, meskipun jaraknya dekat dan memiliki hubungan perdagangan dengan China, di mana pandemi dimulai.
Taiwan sebelumnya bisa mendapatkan status pengamat pada pertemuan tahunan WHO, tetapi status itu tidak lagi diperoleh.
Partai Komunis China menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri dan pada suatu hari berjanji untuk merebut pulau itu, dengan kekerasan jika perlu.
Upaya Beijing untuk mengisolasi pulau itu telah meningkat sejak pemilihan Presiden Tsai Ing-wen pada 2016, karena dia tidak melihat pulau itu sebagai bagian dari "satu China".
Kritik terhadap Tedros menuduh WHO di bawah kepemimpinannya terlalu dekat dengan Beijing termasuk dalam tanggapan China terhadap virus corona.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...