Dishub Turunkan 30 Personel Antisipasi Kemacetan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Banyaknya aktivitas masyarakat di bulan Ramadan seringkali menyebabkan kemacetan, maka Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, M. Akbar mengatakan telah menurunkan 30-40 personel Dishub untuk mengantisipasinya. Bukan hanya di bulan puasa saja, tetapi nantinya sampai seterusnya hingga tertib.
Kegiatan di bulan puasa tidak berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya, seperti maraknya pasar kaget atau pasar tumpah (tempat yang tiba-tiba ramai dipenuhi pedagang dan pembeli), sampai pedagang kaki lima (PKL) dadakan yang seringkali berjualan sampai memakan badan jalan, inilah yang menyebabkan macet
“Selama mendekati lebaran, yang belanja banyak banget, kita tidak bisa hindari. Sudah diturunkan 30-40 personel setiap harinya. Penertiban itu terus kita lakukan sampai hari ini,” ujar Akbar saat ditemui wartawan di depan Ruang Pola, Gedung Blok G Balai Kota, Rabu (2/7).
Contohnya dia sebutkan seperti pasar tumpah di Pasar Tanah Abang dan Pasar Jatinegara. Lantaran di pasar tersebut aktivitas masyarakat lebih tinggi terutama kegiatan belanja, sehingga menimbulkan macet.
Terkait dengan hal itu, dua minggu sebelum puasa Akbar mangaku bahwa Dishub DKI sudah antisipasi dengan melakukan penertiban, terutama terhadap kendaraan yang parkir liar, karena itu mengurangi lebar jalan dan sebabkan macet.
“Kemarin juga banyak motor yang dijaring, tapi saya belum dapat laporan jumlahnya berapa. Jadi itu antisipasinya, dengan menghilangkan parkir-parkir liar di kawasan ramai tadi. Selain itu, menambah personil untuk berjaga di titik-titik kemacetan tadi,” ujar Akbar.
Sedangkan kemacetan di Tanah Abang menurut Akbar merupakan kombinasi dari beberapa permasalahan. Pertama, pada dasarnya memang volume lalu lintas di sana tinggi sekali, kedua, banyak pelanggaran parkir, ketiga, lori-lori dari mobil ekspedisi berseliweran di banyak titik.
Penertiban parkir di wilayah Tanah Abang perlu dilakukan di Jalan Mas Mansyur, Wahid Hasyim, Kebon Jati, Jati Bunder, dan beberapa titik kemacetan lainnya.
Sedangkan truk seharusnya tidak boleh bongkar muat sebelum jam delapan malam. Tapi yang terjadi justru lori yang membuat macet lantaran mengangkut barang ke kantor ekspedisi. Misalnya lori membawa barang dari truk ekspedisi yang berada di gedung Blok A, Blok B atau Blok F, ke kantor ekspedisi yang ada di Jati Baru, Cideng, dan lokasi lain di sekitarnya.
“Puncak macet jam 13.00 – 17.00 WIB, karena jam itu orang sudah selesai belanja, yang jualan sudah tutup toko. Biasanya macet hanya sebentar, paling setelah maghrib sudah sepi. Kita hanya mengimbau saja supaya PKL agak tidak terlalu ke tengah jalan, karena kita hanya mengatur lalu lintasnya, tetapi untuk pedagangnya, kita serahkan ke Satpol PP,” ujarnya.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...