Diskusi Menyoal Sensor Digelar di LBH Jakarta
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Diskusi bertajuk “Menyoal Sensor” digelar di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Jalan Pangeran Dipoenogoro, Jakarta Pusat, hari Rabu (2/3). Hadir sebagai narasumber Dosen Filsafat Universitas Indonesia, Rocky Gerung, komisioner Komisi Hak Asasi Perempuan (Komnas Perempuan), Yunianti Chuzaifah, dan peneliti Saidiman Ahmad yang berbicara mengenai batasan sensor yang mewarnai televisi di Indonesia.
“Negara dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) harus bertanggung jawab atas batasan terhadap sensor yang selama ini tidak merujuk pada persoalan budaya,” ujar Rocky Gerung saat memberikan pandangannya. Dia menambahkan mengapa negara harus ikut campur dalam persoalan yang sangat sensitif terhadap hak tubuh seseorang dalam hal ini sosok perempuan. “Mesti dibedakan mana itu ruang kebebasan berekspresi dan mana yang eksploitasi.”
Gerung menambahkan, tayangan budaya tentang pakaian adat, bentuk tubuh perempuan, bahkan animasi dipaksakan untuk ditutup melalui lembaga sensor, bahkan patung-patung yang secara artistik dibuat dipaksa untuk dihilangkan dari ruang publik, katanya.
Sementara itu Yunita dari Komnas Perempuan mengatakan, “Mengapa kita sebagai kaum perempuan dibatasi cara berpakaian. Bukankah itu adalah hak bagi setiap individu seseorang untuk mengenakan pakaian setiap harinya."
Diskusi yang digelar atas kerja sama Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) dengan LBH Jakarta sampai dengan berita ini diturunkan masih berlangsung dalam menyikapi persoalan sensor yang dinilai meluas kemana-mana dan melanggar hak konstitusional seseorang.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...