Disparitas Harga Gabah dan Beras Untungkan Tengkulak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaeman mengemukakan bahwa disparitas (perbedaan) harga beras dan gabah yang saat ini dialami di tengah-tengah masyarakat menguntungkan tengkulak.
“Petani yang bekerja selama 100 hari kepanasan dan kehujanan di sawah, berhadapan dengan hama dan tikus hanya menikmati 10 hingga 20 persen, sementara pedagang untung berkisar antara 60 persen hingga 100 persen. Namun kenyataan di pasaran harga beras sudah bagus. Ini sudah pasti ada pihak yang diuntungkan, tak lain adalah tengkulak,” kata Mentan dalam keterangannya, di Jakarta, Rabu (13/5).
Mentan melakukan blusukan ke berbagai daerah, dan ia menemukan harga gabah Rp 3.000 hingga Rp 3.400 per kilogram, sementara harga beras dari petani berkisar Rp. 6700 - Rp 7200 per kilogram. Sedangkan harga beras di pasar sudah mencapai Rp 7.500 hingga Rp 10.000 per kilogram.
Mentan menambahkan, kerja keras petani yang sedang semangat semangatnya meningkatkan produksi, namun petani tidak menikmati keuntungan yang layak akan menjadi sia-sia.
Harga gabah anjlok ia temukan di Batubara (Provinsi Sumatera Utara), Oku Timur, (Provinsi Sulawesi Selatan), Banyuasin (Provinsi Sumatera Selatan), Tulang Bawang (Provinsi Lampung), Klaten (Provinsi Jawa Tengah), Yogyakarta (Provinsi DIY), Bojonegoro (Provinsi Jawa Timur), Ternate (Maluku Utara), Pulau Buru (Maluku), hingga Manokwari dan Merauke (Papua).
Nilai itu di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang diatur Inpres Nomor 5/2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, 17 Maret 2015 lalu dengan nilai Rp 3.700 untuk gabah dan Rp 7.300 untuk beras.
Di Dusun Glagah, Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro misalnya, pasca panen terakhir, harga gabah yang dihasilkannya terus merosot. Harga gabah yang semula Rp 3.500 per kilogram, dalam sebulan terakhir ini turun menjadi Rp 3.200 yang kemudian turun lagi menjadi Rp 3.000.
Di Jawa Tengah dan Yogyakarta hanya di kisaran Rp 3.500 per kg di tingkat petani, sementara untuk Maluku dan Merauke tak jauh berbeda harga berada di kisaran Rp 3.400 per kilogram.
Mentan berharap Perum Bulog akan menjadi aktor penyeimbang supply-demand dengan menyerap surplus produksi petani. Menurutnya ini merupakan wujud "kehadiran negara" seperti amanat konstitusi untuk mewujudkan swasembada pangan. Bulog diharapkan lebih kreatif dalam melakukan pengadaan beras dalam rangka menjaga supaya harga gabah petani sehingga tidak terjun hingga di bawah HPP yang ditetapkan oleh pemerintah. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...