Ditarget 100 Juta Turis, Rakyat Prancis Kian Manis dan Ramah
PARIS, SATUHARAPAN.COM - Prancis, tujuan wisata utama dunia, mengumumkan skema program untuk menarik lebih banyak turis, dengan anggaran untuk meningkatkan semua hal mulai dari hotel sampai minuman anggur, dan mendesak orang-orang Prancis untuk lebih ramah.
Dengan atraksi-atraksi ibukota Paris, kastil Loire Valley, resor ski Alpen, pantai Riviera dan kulinernya, Prancis merupakan negara paling dikunjungi di dunia sejak tahun 1980an, menarik 84 juta turis tahun lalu.
Negara itu berharap meningkatkan jumlah itu menjadi 100 juta tahun 2020, menarik pendapatan dari sektor yang sudah mempekerjakan dua juta orang untuk berkontribusi lebih banyak pada pertumbuhan ekonomi di negara terbesar kedua zona euro tersebut, yang masih berjuang keluar dari krisis.
"Pariwisata merupakan harta karun nasional yang perlu dilindungi, dirawat dan dikembangkan, itulah tujuan dari semua langkah ini," ujar Menteri Luar Negeri Laurent Fabius mengenai Dana Investasi Pariwisata (FIT) yang akan diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang.
Terkait dengan sikap kasar yang kadang-kadang muncul dari orang Prancis, Fabius mengatakan kampanye publisitas yang humoris akan diluncurkan, mendorong rakyat Perancis untuk memperbaiki layanan dan membantu turis jika bisa.
"Dalam bahasa diplomatis, masih ada ruang untuk perbaikan di sini.. Ketika kita menghadapi turis asing, kita semua adalah duta bagi Perancis," ujar Fabius.
Konsumsi oleh turis di Perancis, menurut pemerintah, mencakup tidak kurang dari 7 persen pengeluaran nasional. Namun para turis Perancis sendiri menghabiskan kurang dari jumlah itu di tempat lain, sebuah fakta yang bahkan mendorong penyelidikan pemerintah tahun 2013.
Bahasa Lain
Pendapatan 47,1 miliar euro yang didapat dari turis tahun 2013 ketinggalan dibandingkan Amerika Serikat, yang meraup 130,4 miliar dari 70 juta pengunjung.
Kampanye-kampanye untuk memperbaiki keamanan bagi turis dan tanda-tanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa asing di bandara-bandara telah membantu meningkatkan lama tinggal rata-rata, yang sekarang ini mencapai sekitar tujuh hari.
Sebuah langkah untuk mempercepat aplikasi visa bagi turis Tiongkok menjadi kurang dari 48 jam telah meningkatkan jumlah visa yang diterbitkan untuk mereka sebanyak 61 persen tahun lalu, terlihat dari banyaknya pembelanja Tiongkok setiap hari di toko-toko barang mewah di Paris.
Pemerintah juga akan mencari investor-investor baru untuk proyek-proyek merenovasi infrastruktur hotel dan mengembangkan wisata anggur, sungai dan laut.
"Kami datang ke Paris untuk semangatnya, energi, budaya, toko-toko dan keajaiban kota ini," ujar Bayan Al Barak, 48, seorang pengunjung dari Bahrain yang mengatakan bahwa keluarganya datang setiap tahun dengan anggaran 1.200 euro per orang per hari.
"Orang-orang Prancis telah banyak berubah dalam lima sampai delapan tahun terakhir. Mereka sekarang lebih manis dan ramah," ujarnya, sambil melewati toko-toko barang mewah di Avenue de Montaigne.
Xiao Liu dari Beijing, yang sedang berbulan madu, menganggarkan 430 euro untuknya dan suaminya, atau dua kali upah minimum Beijing.
Ia menggambarkan Paris sebagai "tempat wajib" dalam tur ke Eropa, namun ia mengeluh: "Tidak ada papan penunjuk jalan berbahasa Inggris. Semuanya dalam Bahasa Prancis. Sungguh tidak praktis." (Reuters/voaindonesia)
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...