DLAB Ajang Indonesia Sosialisasikan Kerukunan
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Ferimeldi mengatakan bahwa dialog lintas iman (interfaith dialogue) antar negara diperlukan untuk mengkomunikasikan dan mensosialisaiskan kerukunan di Indonesia.
"Interfaith dialogue ini adalah media kita untuk menyampaikan kepada dunia internasional bagaimana sebenarnya kita mengelola kerukunan di Indonesia," kata Ferimeldi dalam Dialog Lintas Agama dan Budaya (DLAB) yang melibatkan lima negara di Yogyakarta, hari Rabu (19/10).
Negara-negara yang mengikuti DLAB antara lain Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia (MIKTA). DLAB diikuti oleh para tokoh agama, budaya, akademisi, pejabat dan masyarakat madani dari kelima negara. Acara tersebut berlangsung di Yogyakarta pada 18-19 Oktober 2016.
Selain dialog, ajang ini juga bisa digunakan untuk memberikan kesampatan pada orang luar untuk melihat langsung potret kerukunan di Indonesia. Dengan demikian, mereka diharapkan dapat memberikan penjelasan secara objektif sekembalinya ke Negara masing-masing.
"Para delegasi dari lima negara ini akan kita ajak juga untuk melihat Borobudur, gereja Ganjuran, dan masjid di pesantren agar mereka bisa menyaksikan langsung kehidupan masyarakat di sekitarnya," kata Feri.
DLAB dibuka Wakil Menteri Luar Negeri AM. Fachir. Dalam sambutannya, Fachir mengatakan bahwa Indonesia dan negara-negara MIKTA memiliki hubungan bilateral yang erat dan hubungan itu tentu saja semakin kuat melalui kerjasama MIKTA. "Sejak terbentuk pada tahun 2013, MIKTA aktif membicarakan beberapa isu seperti perdamaian, keamanan, pengungsi, jender, perdagangan dan ekonomi Global. Selain itu, MIKTA juga telah menajalankan berbagai program outreach di bidang kepemudaan dan media,” kata AM Fachir.
Menurut AM Fachir, kerja sama dalam MIKTA sejalan dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. "Pelaksanaan Dialog Lintas Agama dan Budaya yang merupakan inisiatif dari Indonesia dalam upaya mengatasi situasi keamanan global, yaitu terorisme, radikalisme dan ekstrimisme," kata AM Fachir.
AM Fachir berharap ke depan kerja sama MIKTA dapat menjadi bridge builder dan consesus making terhadap beberapa permasalahan yang menjadi perhatian bersama negara MIKTA dan juga diharapkan menjadi kerja sama yang inklusif yang melibatkan semua pihak.
Sementara itu Sri Sultan Hamengkubuwono X menggarisbawahi bahwa dialog bukanlah kompromi iman, namun untuk mewujudkan empati antar umat agama di mana benteng perbedaan diubah menjadi jembatan saling pemahamandan penghormatan.
Dialog Lintas Agama dan Budaya negara -negara MIKTA bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di antara negara -negara MIKTA dalam meningkatkan pemahaman dan mempromosikan toleransi, perdamaian, moderasi, serta penghormatan diantara masyarakat multi agama dan budaya. (kemenag.go.id)
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...