Doa: Dasar Tindakan
Nune aut numquam 'Sekarang atau tidak pernah sama sekali'.
SATU HARAPAN.COM – Kehidupan umat manusia senantiasa mewujud dalam ruang dan waktu. Kehidupan itu seperti aliran sungai, yang airnya melintasi satuan waktu yang dikenal oleh manusia, yang gemericik airnya melahirkan nada-nada ceria merangkai simfoni. Kehidupan manusia berlangsung dengan menembus dimensi waktu: kelampauan, kekinian, dan keakanan. Hidup manusia selalu berada pada ketiga titik itu, dan pada titik-titik itulah manusia mengekspresikan kediriannya, merajut karya terbaik, berkontribusi secara positif bagi sesamanya dilorong-lorong sejarah.
Manusia diciptakan Allah, Pencipta Alam Semesta, secara istimewa berbeda dengan proses penciptaan makhluk lainnya. Sesuai dengan rencana-Nya, manusia pada awal sejarah diciptakan oleh Allah dengan tugas khusus untuk mengelola bumi dengan baik sehingga bermakna bagi kemaslahatan umum.
Hal yang cukup memprihatinkan adalah manusia di sepanjang zaman tidak (pernah) mampu menampilkan dirinya secara utuh dan sempurna dalam kapasitas sebagai khalifah Allah, atau juga sebagai imago dei sesuai dengan amanat yang ia terima dari Sang Pencipta pada awal sejarah. Manusia menjadi pelaku perang, pelaku teror, terlibat dalam pembunuhan, genocide dan berbagai sikap barbarisme, vandalisme yang mendegradasi harkat dan martabat umat manusia.
Manusia harus terus-menerus berdoa dengan tekun dan iman yang kukuh, agar ia mampu dalam segala keterbatasannya melakukan fungsinya dengan optimal. Berdoa sesuai dengan ajaran agama masing-masing amat perlu dalam kehidupan manusia. Manusia yang percaya kepada Tuhan adalah manusia yang selalu berdoa dan beribadah kepada Tuhan.
Sidney Walker juara tinju kelas berat ringan terkenal senantiasa berdoa sebelum bertanding. ”Aku berdoa,” katanya, ”agar tidak ada seorang pun terluka. Selanjutnya aku berdoa agar aku bisa bertinju dengan baik.”
Setiap orang apa pun status, profesi dan kapasitasnya selalu berdoa sesuai dengan tuntunan agamanya. Petinju, petembak, atlet difabel, caleg, petahana, direksi, pemulung, pengungsi, korban kekerasan, ya siapa pun mesti berdoa dalam kehidupannya.
Hal yang sangat mengesankan dalam hal doa didepan publik dilakukan oleh tokoh agama Islam belum lama ini. Beliau memulainya dengan ungkapan yang amat penting dalam konteks NKRI yang majemuk. Beliau memulai dengan kata-kata ”Saya mengajak Saudara-saudara berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing. Saya mohon izin untuk berdoa secara agama Islam"
Ajakan doa seperti yang diungkap Sang Tokoh bukan hanya mengandung arti adanya sikap respek terhadap agama-agama yang ada, tetapi juga membangkitkan rasa spiritualitas yang mengaliri kedirian umat beragama. Cara doa di depan publik seperti yang dilakukan Sang Tokoh akan sangat bagus jika menjadi pola standar dalam pelaksanaan doa di negeri ini.
Manusia berdoa memohon hikmat dari Tuhan agar bisa mengambil keputusan apakah akan oke atau tidak terhadap suatu tawaran. Tanpa doa, tanpa ada hikmat dari Tuhan kita sulit mengambil keputusan untuk ya atau tidak sama sekali. Dengan doa yang diajarkan agama-agama kita lebih mampu mendengar ”bisikan” dari Tuhan.
Mari kita makin tekun berdoa bagi kehidupan masyarakat majemuk Indonesia; bagi pengembangan moderasi kehidupan beragama di Indonesia; dan bagi hadirnya kehidupan yang adil, damai, sejahtera dan berkeadaban.
Editor : Yoel M Indrasmoro
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...