Dokumentasi Konser Dua Jari dalam Fotografi
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Konser Dua Jari yang dihelat pada 5 Juli 2014 mencatatkan sejumlah hal yang terbilang langka di era demokrasi. Kala itu, ratusan ribu massa secara sukarela datang ke Gelora Bung Karno untuk ikut ambil bagian, berpartisipasi secara aktif dalam pesta demokrasi. Hal lain yang cukup langka adalah konser tersebut diselenggarakan bukan oleh partai atau tim pemenangan calon presiden, melainkan oleh para musisi, seniman, dan artis dengan biaya pribadi.
Fenomena yang terbilang luar biasa inilah yang kemudian didokumentasikan oleh sejumlah fotografer yang kemudian membentuk koalisi relawan fotografer dan relawan lintas profesi. Koalisi yang digawangi oleh Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) dan Yayasan Budaya Visual MAEN ini terdiri dari 31 fotografer dari 8 komunitas media. Beberapa fotografer yang terlibat adalah Diana P. Tarigan, Jay Subiakto, Oscar Matuloh, dan Wahyu Budiarto/SLANK Doc. Sedangkan media yang terlibat, antara lain Antara, Harian Kompas, Media Indonesia, Tempo, BOLA, dan Reuters.
Tak hanya foto, perjalanan dalam membuat Konser Dua Jari juga diabadikan menjadi sebuah buku yang bertajuk Demokrasi u/ Indonesia. Berbagai hal yang berhasil diabadikan dalam perjalanan Konser Dua Jari tersebut dipamerkan pada Rabu (22/10) malam di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Jalan Suroto No. 2, Kotabaru, Yogyakarta 55224. Pameran tersebut diberi tajuk Pameran Fotografi “Demokrasi u/ Indonesia”.
“Konser Dua Jari sangat luar biasa di mana banyak orang datang dengan biaya sendiri. Saya tidak mendengar bahwa di konser tersebut ada yang kecopetan. Bahkan setelah konser selesai, sampah-sampah juga dibersihan secara bersama-sama,” ucap legenda hidup di dunia fotografi, Oscar Motuloh.
Oscar menilai bahwa Konser Dua Jari merupakan tonggak sejarah, di mana saat itu banyak kaum muda yang terlibat secara aktif, menjadi bagian dalam perjalanan politik Bangsa Indonesia. Selain itu, Oscar menilai bahwa Konser Dua Jari juga menjadi sarana untuk menggiring kaum muda untuk tidak menjadi golput.
“Kami merasa bahwa Konser Dua Jari adalah tonggak penting karena selama ini partisipasi untuk kaum muda di dunia politik belum terjamah. Oleh karena itu, kami menggarap Konser Dua Jari yang bertujuan untuk mendorong anak-anak muda untuk tidak golput untuk Indonesia yang lebih baik,” ujar Oscar.
Kurator BBY, RM. Sindhunata mengapresiasi dihelatnya Pameran Fotografi “Demokrasi u/ Indonesia”. Pria yang akrab disapa Romo Sindhu ini menilai, bahwa Konser Dua Jari membuktikan bahwa berbagai pihak, tak hanya artis, terlibat secara aktif, baik sebelum, selama konser berlangsung, maupun usai konser.
“Dalam Konser Dua Jari, tak hanya para artis yang terlibat, tetapi juga rakyat pecinta demokrasi. Konser ini juga menunjukkan bahwa rakyat juga bisa berpolitik sendiri secara santun karena sepanjang konser, massa bisa tertib dan tidak terjadi kerusuhan,” kata Romo Sindhu.
Romo Sindhu menilai bahwa pameran fotografi tersebut merupakan upaya untuk mengingat lupa. Foto dan buku yang telah didokumentasikan menjadi arsip yang sangat berharga untuk diwariskan kepada generasi yang akan datang.
“Bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang mudah lupa. Jika besok kita lupa, maka dokumentasi ini akan mengatakan segalanya,” pungkas Romo Sindu.
Pameran Fotografi “Demokrasi u/ Indonesia” secara resmi dibuka oleh Romo Sindu dengan membubuhkan tandatangan di atas poster. Pameran ini mendapat perhatian yang cukup luas karena berbagai kalangan turut hadir, seperti perupa Djoko Pekik dan Nasirun, wartawan, fotografer, dan masyarakat umum. Usai dibuka secara resmi, Jay Subiakto dan Oscar Matuloh melelang buku Demokrasi u/ Indonesia. Perupa Djoko Pekik dan Nasirun berebut untuk menawar buku. Namun akhirnya, Djoko Pekik berhasil memenangkan lelang dengan penawaran tertinggi, yaitu Rp. 7,5 Juta.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...