Dolar Melemah Terhadap Mata Uang Negara Berkembang Asia
TOKYO, SATUHARAPAN.COM – Kurs dolar Amerika Serikat melemah terhadap mata uang negara-negara berkembang di perdagangan Asia pada hari Selasa (17/11), namun menguat terhadap mata uang tunggal Eropa.
Euro mencapai tingkat terendah tujuh bulan terhadap dolar setelah seorang pejabat penting Bank Sentral Eropa (ECB) memperkuat harapan untuk pelonggaran moneter lebih lanjut.
Sementara itu peningkatan dalam kepercayaan memberikan dukungan terhadap mata uang "emerging market".
Fokus perdagangan di Asia pada Senin didominasi oleh serangan teror di Paris, yang memicu pelarian ke aset-aset yang lebi aman -- memukul unit berimbal hasil lebih tinggi -- karena investor khawatir tentang dampak yang mungkin terjadi terhadap ekonomi global yang sudah rapuh.
Tetapi kegelisahan tenang kembali sepanjang hari ini dan lebih sedikit penghindaran risiko kembali di Eropa dan New York.
Namun, mata uang tunggal Eropa tidak mampu untuk bangkit kembali dari kejatuhan pada hari Senin, dan terus menurun.
Aksi jual terjadi setelah anggota Dewan Eksekutif ECB Peter Praet mengatakan dalam sebuah wawancara Bloomberg bahwa bank sedang mempertimbangkan stimulus baru untuk menambah program pembelian obligasi besar yang sudah ada bertujuan membantu mendorong pertumbuhan dan inflasi.
"Ini penting untuk bank sentral menjaga ekspektasi inflasi tertambat, terutama dalam periode lesu dalam perekonomian, dan kami memiliki beberapa sinyal bahwa ekspektasi inflasi ini masih rapuh," katanya di Frankfurt, hari Senin.
"Ada risiko-risiko dan ini mengapa kita sedang mempertimbangkan tindakan lebih lanjut."
Gubernur ECB Mario Draghi bulan lalu mengisyaratkan perluasan program pada Desember, yang -- dikombinasikan dengan ekspektasi kenaikan suku bunga AS sebelum 2016 -- telah mendorong euro ke terendah beberapa bulan.
Pada Selasa, mata uang tunggal jatuh ke 1,0665 dolar -- setelah menyentuh tingkat titik terendah sejak April di 1,0656 dolar -- dari 1,0687 dolar pada Senin di New York. Euro juga turun menjadi 131,31 yen dari 131,64 yen.
Greenback juga naik terhadap yen, terangkat oleh harapan Federal Reserve akan mulai menaikkan suku bunga bulan depan. Di perdagangan sore hari, dolar dibeli 123,40 yen dari 123,18 yen.
Namun, dolar melemah terhadap mata uang "emerging market" berimbal hasilkan lebih tinggi karena selera membeli aset-aset berisiko hidup kembali.
Won Korea Selatan, rupiah Indonesia dan ringgit Malaysia bergerak sedikit lebih tinggi, sejalan dengan sebuah reli luas di seluruh pasar saham dan minyak regional menyusul keuntungan besar di Wall Street.
"Selera risiko telah kembali dan mata uang di pasar negara berkembang mendapatkan kembali kekuatannya," Nizam Idris, kepala analis valuta asing dan pendapatan tetap di Macquarie Bank di Singapura, mengatakan kepada Bloomberg News.
"Pemulihan di Brent (minyak mentah) serta saham AS dan Eropa juga membantu sentimen."
Won menambahkan 0,31 persen terhadap greenback, sementara ringgit naik tipis 0,04 persen. Dolar Taiwan bertambah 0,31 persen dan rupiah menguat 0,11 persen. (AFP/Ant)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...