Dolar Menguat Terhadap Mata Uang Negara Berkembang Asia
TOKYO, SATUHARAPAN.COM – Kurs dolar Amerika Serikat menguat terhadap beberapa mata uang negara berkembang di Asia pada hari Senin (26/10), karena penurunan suku bunga Tiongkok pada akhir pekan lalu memicu kekhawatiran tentang keadaan ekonomi nomor dua dunia itu.
Ringgit Malaysia, rupiah Indonesia dan won Korea Selatan turun terhadap dolar karena investor beralih ke aset-aset yang lebih aman, sementara euro terus tertekan setelah gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) minggu lalu mengisyaratkan langkah stimulus lebih lanjut.
Pasar ekuitas global telah mengalami "penganiayaan" dalam beberapa bulan terakhir di tengah kekhawatiran tentang Tiongkok dan dampak dari kenaikan suku bunga AS yang lama ditunggu-tunggu.
Langkah pada Jumat lalu terjadi ketikai Partai Komunis Tiongkok pekan ini menggelar pertemuan kebijakannya untuk mengatur arah bagi perekonomian dalam Rencana Lima Tahun berikutnya.
"Pasar khawatir bahwa Tiongkok menurunkan tingkat suku bunganya karena masalah-masalah dengan pertumbuhan. (Ini adalah) reaksi di belakang pelambatan ekonomi Tiongkok," Irene Cheung, ahli strategi mata uang di Australia & New Zealand Banking Group di Singapura, mengatakan kepada Bloomberg News.
Ringgit merosot 0,44 persen terhadap dolar, sementara rupiah turun 0,27 persen dan won turun 0,70 persen. Dolar Taiwan juga jatuh, tapi baht Thailand dan dolar Singapura naik tipis.
Para pedagang akan mengikuti secara cermat pertemuan dua hari Federal Reserve yang dimulai Selasa dengan harapan bank akan menunda kenaikan suku bunganya sampai tahun baru. Bank sentral Jepang (BoJ) juga akan mengadakan pertemuan sendiri pada pekan ini, dengan pembicaraan tentang stimulus lebih lanjut meningkat setelah sejumlah data yang keluar dari Tokyo baru-baru ini lemah.
"Pertanyaan besar di pasar saat ini adalah apakah BoJ akan mengikuti (Bank Sentral Eropa) dan (Bank Sentral Tiongkok) meningkatkan program pelonggaran kuantitatif dan kualitatif mereka," Angus Nicholson dari IG Ltd., mengatakan dalam sebuah komentar.
Pada Senin, dolar dibeli 121,10 yen dari 121,46 yen pada Jumat lalu di New York.
Euro telah tertekan terhadap yen dan dolar setelah Mario Draghi pada Kamis lalu mengisyaratkan penurunan suku bunga lagi dan perluasan skema pembelian obligasi ECB untuk meningkatkan ekonomi, yang secara efektif mencetak uang tunai.
Mata uang tunggal diperdagangkan pada 1,1035 dolar dan 133,64 yen, dibandingkan dengan 1,1016 dolar dan 133,80 yen. (AFP/Ant)
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...