Donetsk Minta Merdeka, Rusia Ingin “Memecah Ukraina”
KIEV, SATUHARAPAN.COM - Para aktivis pro-Rusia yang merebut gedung administrasi utama di kota Donetsk Ukraina bagian timur hari Senin (7/4) memproklamirkan "republik rakyat" yang merdeka dari pemerintahan Kiev, seperti dilaporkan AFP.
Keputusan itu diumumkan kepada wartawan oleh juru bicara para pengunjuk rasa yang keluar dari gedung yang diduduki.
Juru bicara mengatakan mereka akan mengesahkan sebuah negara berdaulat “Republik Rakyat Donetsk”.
Ostrov sebuah situs berita dari wilayah timur Ukraina melaporkan bahwa para aktivis kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Federasi Rusia dalam sebuah langkah yang mirip dengan yang diambil oleh Crimea bulan lalu.
Situs berita itu mengatakan resolusi tersebut disambut dengan sorak-sorai dan teriakan: "Putin, bantu!”
Kantor berita Rusia Interfax melaporkan bahwa pemimpin aktivis memproklamirkan diri di kota Donetsk dan menyatakan akan mengadakan referendum kedaulatan wilayah paling lambat 11 Mei.
Perdana Menteri Ukraina menuduh Rusia berusaha “memecah” negaranya dengan merencanakan penyitaan beberapa bangunan pemerintah di wilayah timur yang ingin memisahkan diri dari Kiev.
Kecaman terbaru Perdana Menteri Arseniy Yatsenyuk terhadap negara raksasa Rusia keluar pada Senin (7/4) saat pasukannya dikerahkan di seluruh wilayah timur Ukraina, berusaha merebut kembali sebuah kontrol penuh.
Ribuan aktivis pro-Rusia pada Minggu (6/4) menerobos garis polisi dan menduduki bangunan pemerintahan di kota-kota industri besar Kharkiv dan Donetsk serta beberapa markas layanan keamanan regional di Lugansk.
Wartawan AFP melihat aktivis pro-Rusia meninggalkan markas pemerintahan Kharkiv pada Senin pagi bahkan meski ratusan pendukungnya terus berdemonstrasi di luar.
Namun situasi di kedua kota itu masih mencekam di tengah laporan yang belum dikonfirmasi bahwa demonstran pro-Rusia juga menggempur bangunan keamanan di Donetsk.
Yatsenyuk mengatakan bahwa Rusia membantu mengatur pendudukan itu guna menemukan alasan untuk melakukan invasi yang akan menghukum Ukraina atas penggulingan presiden Yanukovych pada Februari dan atas keputusan mencari aliansi politik dan ekonomi dengan negara-negara Barat.
“Ada sebuah rencana untuk mendestabilisasi situasi, rencana agar pasukan asing bisa menyeberangi perbatasan dan merebut teritorial negaranya, yang tidak akan kami izinkan,” kata Yatsenyuk dalam pertemuan pemerintah.
“Skenario ini dibuat oleh Federasi Rusia dan tujuan satu-satunya adalah memecah Ukraina.” (AFP)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...