DPR Nilai Satelit Pertahanan Indonesia Belum Aman
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Komisi I DPR, Abdul Kharis Almasyhari, menilai selama ini komunikasi, data, dan informasi pertahanan Indonesia belum aman, karena masih menggunakan satelit pertahanan sewa dari negara lain.
Karena itu, menurut dia, Indonesia harus memiliki satelit pertahanan sendiri untuk menjamin seluruh komunikasi, data, dan informasi pertahanan dalam negeri.
“Saya nilai secure dengan kita memiliki satelit sendiri. Di samping itu juga dalam rangka mengamankan orbit 123 BT,” kata Abdul Kharis saat dihubungi wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, hari Jumat (30/9).
Politisi PKS ini menilai pengadaan satelit pertahanan negara sangat mendesak karena selama ini Indonesia menggunakan satelit sewa dari negara lain sehingga rawan untuk dimata-matai pihak asing.
Satelit pertahanan, kata dia, sangat penting, agar seluruh komunikasi, data, dan informasi pertahanan Indonesia benar-benar aman.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi I DPR, Asril Hamzah Tanjung, mengatakan DPR dan pemerintah sepakat untuk membeli satelit pertahanan negara yang pengadaannya maksimal tahun 2018 ini tercapai, sebab menurutnya satelit pertahanan sangat urgensi.
“Intinya, selama ini kita memakai satelit asing untuk kepentingan keamanan negara. Itu seharusnya kita bisa punya sendiri yang bisa kita atur operasionalnya secara bebas karena ini menyangkut ketahanan dan pertahanan negara," kata Asril di Jakarta, Rabu.
Asril mengatakan kesepakatan itu diambil berdasarkan rapat kerja yang beberapa kali diadakan, dan semua pihak menyetujui pengadaannya, baik itu Menteri Keuangan selaku pengucur dananya dan Menteri Komunikasi dan Informatika selaku pengatur hak patennya.
Menurut dia, apabila masih menyewa satelit pertahanan dari negara lain maka negara lain yang mengoperasikannya dan tentu akan berbahaya untuk keamanan nasional Indonesia.
Selama ini Indonesia meminjam negara lain seperti Australia dan Amerika Serikat dengan sistem sewa, dan selain itu, kerap kali Indonesia memanfaatkan satelit komunkasi Garuda-1 milik Asia Cellular Satellite buatan Lockheed Martin AS.
Namun satelit Garuda-1 kini telah digeser dengan alasan ada sistemnya yang tidak beres sehingga harus segera diisi yang baru.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mengatakan satelit pertahanan akan ditaruh di jalur orbit satelit di 123 bujur timur.
Dia mengatakan, dia akan membantu mengkomunikasikannya dengan pemerintah negara lain dalam forum Internasional Telekomunikasi Dunia (ITU) dan menegaskan pihaknya tidak berwenang dalam pengadaannya.
Editor : Sotyati
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...