Dua Film Indonesia Lolos Di Festival Cannes
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Dua film pendek Indonesia berhasil masuk dalam program La Semaine de la Critique atau International Critics` Week dan lolos seleksi dalam L`Atelier Cinefoundation dalam Festival Film Cannes (FFC) ke-69 di Prancis, Kamis (12/5).
Ketua Bidang Festival Luar Negeri Badan Perfilman Indonesia (BPI), Robby Ertanto, pada Kamis (12/5), seperti diberitakan Antara, mengatakan, La Semaine de La Critique, adalah program yang paralel dengan event utama FFC, yakni The Official Selection, yang berlangsung di kota peristirahatan Cannes di Prancis bagian selatan, dari tanggal 11 sampai 22 Mei mendatang. Festival Film Cannes merupakan festival film terbesar di dunia yang tiap tahun menerima pendaftaran 2.000 film, dihadiri kurang lebih 5.000 jurnalis, dan 30.000 sineas profesional dari seluruh dunia.
Robby mengatakan, Prenjak, film pendek garapan sutradara muda Wregas Bhanuteja, berhasil masuk dalam Festival Film Cannes 2016 dalam program La Semaine de la Critique atau International Critics` Week.
Film pendek berdurasi 12 menit itu, bercerita tentang seorang wanita bernama Diah yang sedang kesulitan ekonomi. Diah lantas mendekati seorang pria bernama Jarwo, membawanya ke gudang belakang, dan memperlihatkan korek api yang satu batangnya berharga Rp 10.000. "Dengan korek api itu, Jarwo bisa melihat satu rahasia dari Diah," kata Wregas, yang sebelumnya memenangkan XXI Short Film Festival 2015 lewat Lemantun, dan masuk dalam Berlinale Film Festival melalui karya Lembusura, seperti dikutip dari brilio.net.
Selain film Prenjak, In the Year of Monkey terpilih dalam kategori film pendek program La Semaine de la Crittique Festival Film Cannes 2016.
Film Indonesia lain, Marlina, The Murderer in Four Acts, terpilih dalam seleksi L`Atelier Cinefoundation karya sutradara Mouly Surya.
Cerita Marlina The Murderer in Four Acts ini ditulis oleh Garin Nugroho, diproduseri oleh Rama Adi dan Fauzan Zidni. Rumah produksi Cinesurya Pictures bekerja sama dengan Kaninga Pictures dalam proyek ini atas kesamaan visi untuk memproduksi film Indonesia yang berkualitas. Proyek Marlina sebelumnya masuk seleksi Asian Project Market (APM) di Busan International Film Festival 2015, dan juga terpilih sebagai salah satu penerima Next Masters Support Program dari ajang Talents Tokyo 2015
La Semaine de La Critique, digagas oleh Asosiasi Kritikus Film Prancis sejak penyelenggaraan Festival Cannes 1962, yang bertujuan untuk menemukan bibit-bibit sineas baru dari seluruh penjuru dunia.
Sementara pada Cinefondation ini, Atelier untuk edisi ke-12 tahun ini mengundang 16 produser film, yang dianggap sangat menjanjikan ke Festival Cannes, dan bertemu dengan partner untuk dapat menyelesaikam program mereka.
Robby, lulusan Institut Kesenian Jakarta, yang mendirikan rumah produksi Anak Negeri Film dan memproduksi berbagai film indie, mengemukakan, keikutsertaan Indonesia dalam Festival Film Cannes diharapkan agar film Indonesia terus makin dikenal.
Dalam Festival itu, Indonesia yang membuka stand di Marche du film menjajakan berbagai film, seperti Surat dari Praha, Rudy Habibie, dan A Copy of My Mind.
Dikatakannya delegasi Indonesia dalam festival film Cannes, festival film paling bergengsi di dunia, diketuai Kepala Bidang Perizinan dan Pengendalian Film Pusat Pengembangan Perfilman Kemendikbud, Muhammad Kholid Fathoni.
Sutradara terbaik FFI 2015, Joko Anwar, dan pemeran utama wanita terbaik FFI 2015, Andi Mutiara Pertiwi Basro yang lebih dikenal dengan Tara Basro, serta sutradara film pendek, Raphael Wregas Bhanuteja, dan aktor film pendek peserta Cannes de la Critique, Yohanes Budyambara, ikut dalam delegasi Indonesia.
Editor : Sotyati
Risiko 4F dan Gejala Batu Kantung Empedu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif konsultan RSCM dr. Arn...