Dua Tentara AS Saling Klaim Pembunuh Bin Laden
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Dua bekas tentara Angkatan Laut Amerika Serikat saling mendaku (mengklaim) sebagai pelaku penembak Osama bin Laden (OBL) hingga gembong teroris itu terbunuh di persembunyiannya di Pakistan, pada Mei 2011. Kedua mantan serdadu itu saling mengutarakan keterangan yang bertentangan.
Klaim terbaru datang dari Rob O’Neill, mantan anggota TNI AL, yang bercerita kepada The Washington Post, bahwa dialah yang menembak OBL tepat di kepala, setelah ia menyerbu masuk ke kamar persembunyian pendiri Al-Qaeda itu di sebuah rumah di Abottabad. Laporan tentang pengakuan O'Neill, dimuat oleh harian bergengsi itu kemarin.
Namun, klaim O’Neill, yang kini berkeliling Amerika Serikat sebagai motivator, dibantah oleh sumber lain yang dekat kepada tim AL.
Berbicara secara anonim, sumber itu mengatakan OBL terbunuh oleh tembakan yang dilakukan oleh satu dari dua anggota tim lainnya, yang masuk ke kamar OBL sebelum O’Neill.
The Washington Post mengatakan O’Neill mengakui dalam penyerbuan itu, tembakan-tembakan juga diarahkan ke OBL oleh anggota AL lainnya. Termasuk di antaranya oleh Matt Bissonnette, mantan tentara AL AS yang telah menulis buku tentang penyerbuan itu dengan judul No Easy Day. Dalam buku tersebut, Bissonnette tidak mengidentifikasi siapa penembak OBL.
Sementara itu, NBC kemarin mengutip pernyataan Bissonnette, mengatakan, “Dua orang berbeda berkata tentang dua cerita berbeda dengan dua alasan. Apa pun yang ia katakan, itu menurut dia. Saya tidak mau mencampuri hal itu.”
Tahun lalu Majalah Esquire melansir wawancara dengan seorang anggota tentara AL AS yang tidak mau disebutkan namanya, dan setelahnya ramai diberitakan bahwa dia adalah O'Neill, yang telah menembak Bin Laden.
Sebuah artikel berjudul "Who Really Killed bin Laden," yang ditulis oleh Peter Bergen, pakar dan analis CNN mengenai Al Qaeda, mengutip sebuah sumber lain yang mengatakan apa yang diungkap oleh Majalah Esquire sama sekali omong kosong.
Sementara itu pengacara Bissonnette, Robert Luskin, mengakui kliennya sempat menjadi objek investigasi bagian kriminal AL AS, terkait dengan kemungkinan melanggar UU intelijen AS. Tuduhan itu terjadi karena Bissonnette tidak meminta klarifikasi resmi sebelum menerbitkan buku tersebut.
Namun, atas tuduhan itu, Bissonnette membantah.
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...