Dua Tipe Pencari Kerja
Ada banyak orang memiliki ide cemerlang, namun sedikit yang mampu mewujudkannya.
SATUHARAPAN.COM – Rudi dan Bari adalah dua sahabat akrab sejak Taman Kanak-kanak. Rudi selalu menunjukkan kemampuan di atas sahabatnya itu. Dalam hal akademis pun Rudi selalu memegang juara kelas. Bari pun tak jarang memujinya sebagai seorang jenius.
Rudi memiliki keluarga yang sangat mendukungnya untuk mengejar prestasi sekolah. Rudi memiliki jadwal les-les tambahan yang ketat di luar sekolah. Rudi sangat didorong orangtuanya untuk mendapatkan nilai tertinggi di sekolah. Rudi tumbuh dengan mimpi-mimpi besar di kepalanya.
Berbeda dengan Rudi, Bari tumbuh sebagaimana anak pada umumnya. Bari banyak bermain dengan teman-temannya. Dia selalu mampu menciptakan suasana bermain dalam keadaan yang sangat serius. Bari menghabiskan setengah hari siangnya bersama teman-temannya. Dia mudah bergaul dengan semua orang. Orangtuanya memang mampu membuatnya menikmati les-les tambahan di luar sekolah. Daripada membangun mimpi-mimpi, Bari lebih memilih menikmati keadaan-keadaan yang ada sehingga dia lebih tanggap dengan situasi yang ada.
Rudi melanjutkan studi di univetsitas terbaik di ibukota, sedangkan Bari belajar di universitas kota provinsi dengan beasiswa kurang mampu. Mereka sama-sama mengambil jurusan teknik industri. Setelah lulus perguruan tinggi, ternyata mereka bertemu di sebuah lobi perusahaan mainan terbesar untuk wawancara untuk posisi pengembangan perusahaan. Sembari menunggu panggilan, mereka saling bercengkerama.
Setelah satu jam menunggu, Rudi mulai gusar. Dia mulai gelisah dan tidak lagi menikmati pembicaraan dengan sahabatnya itu. Dia mulai membolak-balik kertas-kertas di dalam map yang dipegangnya. Dia telah menyiapkan sebuah persentasi terbaik bagaimana akan mengembangkan perusahaan itu hingga mancanegara dengan teori-teori terbaik yang dimilikinya.
Karena pembicaraan dengan sahabatnya mulai kelihatan mulai tidak nyaman, Bari memilih untuk melihat-lihat lobi tersebut. Ada banyak koleksi mainan anak memenuhi ruangan itu. Bari kemudian melihat setumpuk lilin mainan yang belum terbentuk di sebuah sudut ruangan. Bari kemudian mengambilnya dan mulai membentuknya dengan berbagai bentuk.
Setelah dua jam menunggu, Rudi benar-benar kelihatan tegang dan tampak sudah menyimpan amarah. Di sisi lain Bari tampak asyik dengan mainannya. Tiba-tiba seorang menyapa, ”Selamat siang, Bapak Rudi! Silakan masuk!
Rudi masuk ruangan wawancara dengan wajah tegang menahan kekesalan hatinya. Setelah duduk di depan pewawancara dia siap membagikan konsep-konsepnya. Tetapi, pewawancara berkata, ” Terima kasih atas kesediaan Saudara mengikuti proses rekrutmen di perusahaan kami. Terima kasih sudah datang pagi ini untuk mengikuti wawancara. Kami telah mendapat hasilnya."
Rudi mulai tampak bingung karena dia bahkan belum mengucapkan sepatah kata pun.
”Perusahaan kami adalah perusahaan mainan anak yang tidak akan populer seperti perusahaan perbankan atau yang lain. Perusahaan ini jauh dari sorotan media dan perbincangan bisnis nasional, bahkan regional. Karena itu, kami membutuhkan orang yang siap bekerja tanpa popularitas. Orang yang siap bekerja tanpa sorotan, tetapi tak berhenti berinovasi dan tidak kehilangan gairah. Kami tidak bisa menerima orang yang mudah kehilangan kendali dan frustasi. Jadi, kami memohon maaf karena untuk posisi yang kami butuhkan kami telah menemukan orang yang sangat tepat. Dia ada di luar dan kami ingin dia menyelesaikan dahulu seluruh lilin di tangannya karena memang bidang yang akan kami kembangkan adalah lilin mainan. Ada banyak orang yang memiliki ide-ide cemerlang dalam dirinya tetapi kami membutuhkan orang-orang yang tahu mewujudkannya. Kami membutuhkan orang yang akan menyukai perusahaan bukan orang yang ingin mewujudkan eksistensinya melalui perusahaan ini,” jelas Sang Pewancara.
Setelah Rudi keluar, Bari pun disuruh masuk dan disambut sebagai karyawan di bagian pengembangan perusahaan.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Sindikat Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar, Operasi Mulai ...
MAKASSAR, SATUHARAPAN.COM-Sindikat uang palsu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar te...