Dua Universitas di Australia Kembangkan Layanan untuk Gay
QUEENSLAND, SATUHARAPAN.COM – Universitas Queensland dan Universitas La Trobe mengembangkan program baru yang diberi nama Rainbow Couple CARE, sebuah layanan konsultasi hubungan untuk pasangan gay atau lesbian yang tinggal di kota Brisbane dan Melbourne, Australia.
Layanan ini tersedia gratis bagi pasangan sesama jenis untuk mengatasi berbagai topik mulai dari cara meningkatkan kualitas komunikasi dengan pasangan hingga tips memiliki kehidupan seksual yang memuaskan.
Profesor dari Fakultas Psikologi, Universitas Queensland, Kim Halford, mengatakan mayoritas pedoman atau bimbingan membina hubungan ditawarkan oleh organisasi keagamaan yang sering kali ‘mengabaikan atau bahkan menolak’ pasangan sesama jenis.
"Di samping kebutuhan pengakuan hukum atas perkawinan mereka, pasangan sesama jenis juga membutuhkan akses konsultasi untuk meningkatkan kualitas hubungan mereka,” kata Profesor Halford sebagaimana dikutip Australia Plus, hari Jumat (2/10).
Program Rainbow Couple CARE diadaptasi dari program Couple CARE yang ditujukan untuk pasangan heteroseksual untuk mengatasi masalah spesifik yang kerap dihadapi pasangan sesama jenis.
"Program ini sejauh ini berhasil membantu pasangan sesama jenis untuk memperkuat hubungannya. Kami menyelidiki harapan dari hubungan mereka, meningkatkan komunikasi, mempromosikan dukungan yang menyenangkan dan setara dan memiliki kehidupan seksual yang memuaskan,” kata Halford.
Dia mengatakan program Couple CARE dan Rainbow Couple CARE saling berbagi strategi untuk membangun hubungan yang sehat, namun ada tantangan yang jelas berbeda yang kerap dihadapi pasangan gay.
"Ironisnya, pasangan sesama jenis sering kali harus berhadapan dengan homophobia, tapi di dalam program kami ini, kita mempelajari pengalaman-pengalaman mereka terkait dengan isu itu dan bagaimana pasangan dapat saling memberikan dukungan satu sama lain untuk mempertahankan identitas gay mereka secara positif,” katanya.
Sejumlah institusi keagamaan menanggapi hadirnya layanan konsultasi pasangan sesama jenis ini. Sebagian institusi keagamaan mengaku layanan bimbingan pasangan mereka juga membuka diri bagi pasangan sesama jenis.
Salah satu lembaga Katolik, Centacare mengaku menawarkan layanan mereka kepada seluruh lapisan masyarakat "tanpa memandang agama, keadaan, etnis, situasi ekonomi, usia, jenis kelamin atau kemampuan", demikian keterangan yang tertulis di situs mereka.
Juru bicara Centacare, Karyn Kelly, mengatakan layanan konseling mereka tidak mengabaikan pasangan sesama jenis.
"Kami memang tidak memiliki program yang eksklusif untuk pasangan sesama jenis saja, tapi mereka menjadi bagian dari program pembinaan hubungan biasa yang kami tawarkan," katanya.
Meski demikian tidak dipungkiri hingga kini ketegangan antara sejumlah gereja dan kelompok pasangan sesama jenis masih tetap ada. Di mana element konservatif dari Gereja Anglikan Australia berkeinginan agar pemerintah menerbitkan Undang-undang yang membolehkan gereja bersikap diskriminatif untuk menolak pasangan sesama jenis di gereja mereka.
Peneliti dari Universitas La Trobe, Timothy Jones menulis untuk The Conversation pada Juni lalu, mengatakan kalau kelompok warga Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender/Transsexual and Intersexed (LGBTI) telah didiskriminasikan dalam serangkaian layanan sosial, termasuk di antaranya dari sejumlah sekolah agama.
Editor: Bayu Probo
Haul Gus Dur, Menag: Gus Dur Tetap Hidup dalam Doa
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengatakan, “Gus Dur adalah pribadi y...