Dubes China Minta Maaf Samakan Wabah Virus Corona Dengan Holocaust
Di Denmark, Dubes China Menuntut Media Minta Maaf terkait Karikatur Bendra Dengan Gambar Virus
TEL AVIV, SATUHARAPAN.COM-Kedutaan Besar China untuk Israel meminta maaf karena menyatakan bahwa keputusan Israel untuk menutup perbatasannya dengan pengunjung dari China karena penyebaran virus corona "mengingatkan pada Holocaust," hari Minggu (2/2), menurut media berbahasa Ibrani, Channel 13, yang dikutip The Jerusalem Post.
"Ini mengingatkan pada Perang Dunia II, Holocaust, hari-hari tergelap dalam sejarah manusia," kata kedutaan saat konferensi pers pada hari Minggu (2/2). "Jutaan orang Yahudi dibunuh dan banyak yang dilarang memasuki negara lain. Beberapa negara membuka gerbang mereka, salah satunya adalah China."
Kedutaan Tiongkok kemudian meminta maaf atas komentar tersebut. "Mengenai konferensi pers yang diadakan hari ini oleh kedutaan besar China di Israel, kami ingin mengklarifikasi bahwa tidak ada niat untuk membandingkan hari-hari gelap pembantaian dengan situasi saat ini dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Israel untuk melindungi warga. Kami ingin meminta maaf jika seseorang memahami pesan kami dengan cara yang salah."
Keputusan itu diambil ketika orang-orang China di seluruh dunia terkena dampak rasisme sehubungan dengan penyebaran virus corona yang dimulai di kota Wuhan, China, dan sekarang telah menginfeksi 14.628 orang di seluruh dunia dan menewaskan 305 orang. Kematian pertama di luar Tiongkok dilaporkan pada hari Minggu di Filipina.
Channel 13 juga disebutkan melaporkan bahwa di Indonesia, penduduk menuntut agar pengunjung dari China meninggalkan hotel. Di Korea Selatan, Jepang, Hong Kong dan Vietnam, restoran menolak melayani pelanggan China.
Menuntut Maaf dari Media Denmark
Sebelumnya kedutaan besar China di Denmark menuntut permintaan maaf dari harian Jyllands-Posten setelah menerbitkan kartun bendera China dengan lima bintang kuningnya yang digambarkan dengan virus corona.
Dalam sebuah pernyataan, kedutaan China mengatakan Jyllands-Posten dan seniman Denmark, Niels Bo Bojesen, harus meminta maaf kepada orang-orang China karena menerbitkan gambar tersebut, yang diberi judul "Coronavirus", yang juga dikenal sebagai corona, dalam koran edisi Senin, pekan lalu.
"Tanpa simpati dan empati, itu telah melintasi garis bawah masyarakat beradab dan batas etika kebebasan berbicara dan menyinggung hati nurani manusia," kata kedutaan itu hari Selasa.
Pada tahun 2005, Jyllands-Posten menerbitkan gambar-gambar satir tentang Nabi Muhammad yang menyebabkan kemarahan di seluruh dunia Muslim.
Pemimpin redaksi media itu, Jacob Nybroe, mengatakan surat kabar itu tidak bermaksud mengolok-olok situasi di China, tetapi menolak untuk meminta maaf, lapor kantor berita setempat Ritzau yang dikutip Reuters.
"Kami tidak dapat meminta maaf atas sesuatu yang kami pikir tidak salah," kata Nybroe kepada Ritzau. "Kami tidak berniat merendahkan atau mengolok-olok situasi di China dan kami tidak berpikir gambarnya melakukan itu."
Politisi Denmark dari seluruh spektrum mengatakan China seharusnya tidak menekan surat kabar itu. "Dukungan penuh untuk Jyllands-Posten,” tweet dari pemimpin Partai Konservatif, Soren Pape Poulsen.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...