Dubes Sudan untuk Arab Saudi: Pelarangan Terbang Bashir Tak Pengaruhi Hubungan Diplomatik
RIYADH, SATUHARAPAN.COM – Pelarangan pesawat Presiden Sudan, Omar Al-Bashir memasuki wilayah udara Arab Saudi pada pekan lalu, tidak akan mempengaruhi hubungan Arab-Sudan. Hal ini dikemukakan duta besar Sudan untuk Arab Saudi, Abdulhafiz Ibrahim seperti diungkapkan arabnews.com pada Selasa (13/8).
Peristiwa lebih dari satu pekan yang lalu, saat pesawat yang ditumpangi Presiden Omar Al-Bashir dari Sudan menuju Iran yang akan menghadiri pelantikan Hassan Rouhani, dilarang melintasi wilayah udara Arab Saudi membuat tensi politik atau hubungan diplomatis kedua negara menegang, terutama dengan adanya provokasi dari Iran.
Salah satu juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi pekan lalu menyayangkan sikap Arab Saudi tersebut, “Apabila hal ini benar-benar terjadi, maka ini disesalkan. Kami sebelumnya dikabari dari Kedutaan Sudan di Teheran bahwa salah satu negara tidak memberi izin terbang bagi Presiden Al-Bashir,” kata Abbas.
Biro Media Kepresidenan Sudan, Emad Sayed Ahmed pekan lalu mengatakan bahwa pesawat Bashir dipaksa berbalik arah di angkasa dan kembali ke Sudan, hal ini juga diperkuat dnegan keterangan dari Otoritas Umum Penerbangan Sipil Arab Saudi (GACA), Fahd Bin Abdullah yang mengatakan hal serupa.
Duta Besar Sudan mengatakan bahwa negaranya saat ini telah membentuk tim kerja untuk melihat siapa saja yang terkait dengan pelarangan terbang tersebut. Abdulhafiz Ibrahim tidak dapat memastikan apakah pesawat yang digunakan oleh Presiden Al-Bashir pekan lalu menggunakan pesawat kepresidenan Sudan, atau pesawat dari perusahaan Saudi Arabia.
Laporan yang diberikan oleh otoritas penerbangan sipil di kedua negara penting bagi pihak Kepresidenan Sudan, salah satunya adalah laporan penerbangan yang disajikan harian Arab Saudi, Al Hayat.
Harian ini mengutip pernyataan dari utusan Kepresidenan Sudan mengatakan bahwa pihak penyelidik internal kepresidenan Sudan akan melihat pada berbagai aspek sejak pesawat kepresidenan berkontak pada sekitar wilayah Arab Saudi, Al Hayat mengatakan kepala negara tidak dapat ditolak begitu saja saat melanggar wilayah udara, karena memiliki keistimewaan dan untuk kepentingan khusus.
Hal ini berlawanan dengan pernyataan Fahd Bin Abdullah di GACA, yang mengatakan bahwa pemerintah Sudan tidak memiliki izin penerbangan, padahal peraturan GACA mengharuskan izin resmi untuk disampaikan ke GACA 48 jam sebelum jadwal keberangkatan.
"Ini adalah satu-satunya alasan mengapa pesawat itu berbalik," kata pejabat GACA tersebut yang sekaligus membantah tuduhan bahwa langkah itu terkait dengan surat perintah penangkapan internasional terhadap Presiden Bashir, atau ada kemungkinan permusuhan antara Iran dan Arab Saudi. (arabnews.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Satu Kritis, Sembilan Meninggal, 1.403 Mengungsi Akibat Erup...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 1.403 korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, N...