Perundingan Diplomatik Israel - Palestina Harus Diteruskan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Setelah perwakilan Palestina dan Israel berunding di Washington D.C. pada 29 Juli lalu, mereka akan melanjutkannya di Yerusalem pada 14 Agustus 2013. Namun, sebelum pertemuan berlanjut, ada ketidakpuasan dari Palestina karena setidaknya dua sebab. Pertama, pembebasan 26 tahanan Palestina oleh Israel ternyata didominasi mereka yang telah dibui 20 tahun yang segera bebas tiga tahun atau bahkan enam bulan ke depan. Kedua, keputusan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, menyetujui pembangunan 1.200 pemukiman baru di Yerusalem Timur dan Tepi Barat.
Demi mencegah perundingan batal, Menteri Luar negeri Amerika Serikat, John Kerry, menyayangkan sikap Israel terkait rencana pembangunan tersebut. Ia akan berbicara khusus dengan wakil Israel, Tzipi Livni, dan Netanyahu. Bagaimana masa depan perundingan ini? Berikut wawancara satuharapan.com dengan Broto Wardoyo, Dosen Hubungan Internasional, Universitas Indonesia.
satuharapan.com: Bagaimana masa depan perundingan yang diprakarsai John Kerry ini?
Broto Wardoyo: Tidak terlalu cerah. Sebab, kabinet Israel didominasi kelompok sayap kanan. Sulit bagi Netanyahu untuk menegosiasikan beberapa isu krusial, seperti pemukiman Yahudi. Padahal, isu pemukiman Yahudi merupakan stumbling block terberat bagi negosiasi.
Di sisi lain, Palestina sendiri masih belum menyatukan suara. Sejauh ini mereka masih punya tiga pilihan yang berbeda. Pertama, negosiasi. Namun, opsi ini sudah tidak banyak pendukungnya, mengingat kegagalan proses negosiasi sejak 1993. Kedua, pengakuan lewat PBB. Ini sudah dilihat sebagai alternatif yang baik terutama di kalangan muda Fatah. Ketiga, opsi militer. Ini jalan yang masih jadi pilihan Hamas.
Hal yang menghambat lainnya adalah situasi Timur Tengah yang sedang tidak kondusif bagi perdamaian. Kepentingan negara-negara Arab dan Iran akan mempengaruhi dinamika Palestina-Israel. Terlalu banyak yang berkepentingan.
satuharapan.com: Jadi, perundingan ini tidak ada gunanya?
Broto Wardoyo: Ini kan baru pembuka. Membuka kembali channel. Teruskan saja prosesnya. Supaya mereka saling kenal lagi. Kalau mau serius, mereka harus membuat jadwal yang masuk akal. Misalnya, kapan isu-isu penting seperti pemukiman Yahudi, pengungsi, dan Yerusalem Timur dibahas.
Yang sedikit memberi harapan adalah Presiden Barrack Obama masih punya beberapa tahun kekuasaan. Jangan sampai seperti Bill Clinton, Breakthrough-nya baru keluar di ujung masa jabatan. (www.bbc.co.uk)
Mendikdasmen Minta Guru Perhatikan Murid untuk Tekan Kasus B...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, memi...