Earth Hour Bukan Cuma Matikan Lampu tapi Ubah Gaya Hidup
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM – Sejak dimulai pada 2007 di Australia, Earth Hour terus menjangkau banyak kota di seluruh dunia. Di Indonesia, pada 2019, gerakan ini sudah diperingati 30 kota.
Peringatan itu, ditandai dengan pemadaman listrik di ratusan gedung pemerintah, gedung perkantoran, hotel, dan landmark. Pada 2017, Jawa Barat menghemat 89 MW konsumsi listrik.
Namun, menurut CEO WWF Indonesia Rizal Malik, Earth Hour bukan cuma menghemat listrik satu jam. Kampanye ini berupaya menyadarkan masyarakat pentingnya merawat Bumi.
“Bagaimana kita, bersama-sama, mengingat kembali hubungan kita dengan alam. Alam yang memberikan sumber kehidupan bagi kita, oksigen, air, pangan, obat-obatan dan berbagai hal yang membuat kita bisa bertahan hidup,” katanya, dalam seremoni pemadaman lampu di sebuah pusat perbelanjaan di Bandung, Sabtu (30/3) malam.
“Akan tetapi perilaku konsumsi dan produksi kita sampai saat ini, tampaknya masih belum seluruhnya selaras dengan alam,” katanya.
WWF Indonesia mencatat, setiap tahunnya, kampanye ini melibatkan 2.000 relawan dan dua juta orang di media sosial. Kebanyakan relawan ini adalah kelompok muda. Komunitas Earth Hour di berbagai kota mendorong pelestarian bumi dan gaya hidup ramah lingkungan.
“Mereka tidak berhenti di tahun ini 30 Maret saja, tapi mereka juga melakukan banyak kegiatan. Misalnya, tahun lalu relawan menanam terumbu karang dan pohon bakau. Yang paling penting adalah mereka kalau pergi ke mana-mana bawa tumbler dan plastik sekali pakai,” katanya kepada VOA.
Komunitas Earth Hour di Indonesia menargetkan, setiap orang bisa mengurangi emisi karbon 5 persen, dengan membiasakan gaya hidup ramah lingkungan. Lebih dari mematikan lampu satu jam, jelas Rizal, setiap orang bisa menghemat listrik, memakai transportasi publik, mengurangi plastik sekali pakai, dan membawa botol minum sendiri.
“Kalau besok kita masih pakai AC dan begitu tidak diperlukan, tidak dimatikan, atau meninggalkan ruangan lampunya tidak diperlukan tidak dimatikan, menggunakan kendaraan pribadi padahal bisa menggunakan kendaraan umum, saya kira berarti tidak banyak berubah,” katanya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengimbau warganya lebih ramah lingkungan, tidak berhenti dalam seremoni saja.
“Ini adalah gerakan simbolis. Mudah-mudahan dirutinkan bagi mereka dalam kesehariannya tanpa harus diupacarakan. Hari ini Gedung Sate dimatikan, rumah dinas gubernur di Pakuan juga dimatikan, rumah pribadi kami di Cigadung juga dimatikan,” katanya dalam kesempatan yang sama.
Emil, begitu ia biasa disapa, berencana membangun lima pengolahan limbah plastik di Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat mendapatkan hibah Rp 280 miliar untuk infrastruktur tersebut.
“Jadi satu-satunya di Asia, Insya Allah di Jawa Barat, akan dibangun mulai tahun depan di 5 wilayah: Bogor, Bandung, Cirebon, Tasik, Bekasi. Sehingga sampah-sampah plastik kita akan daur ulang menjadi BBM solar untuk skala industri,” katanya
Emil memberikan penghargaan kepada lima kepala daerah, yang dinilai punya inisiatif lebih dalam memperingati Earth Hour. Mereka adalah wali kota Bandung, Cimahi, Depok, Bogor, dan Bekasi.
WWF Indonesia memberikan penghargaan kepada Ridwan Kamil yang dianggap pro-lingkungan, karena dinilai punya komitmen membangun ruang terbuka hijau dan melestarikan lingkungan. Ke depan, Rizal dari WWF Indonesia berharap Emil memberikan kemudahan bagi produk-produk ramah lingkungan. Dengan begitu, dia berharap semakin banyak warga di Jawa Barat dan Indonesia yang memakai produk hijau.
“Ada insentif bagi mereka untuk mendapatkan kredit lebih murah, karena mereka selaras dengan alam. Yang kedua, misalnya hambatan-hambatan aturan antar-daerah yang menghambat pergerakan barang dan jasa yang selaras dengan alam, itu dikurangi atau dihilangkan,” katanya. (Voaindonesia.com)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...