Sekolah Kristen di Indonesia Perlu Berbenah Agar Berkualitas
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ketua Umum Yayasan BPK PENABUR periode 2018-2022, Adri Lazuardi, menilai bahwa yayasan atau sekolah-sekolah Kristen di seluruh Indonesia perlu membenah diri menyelesaikan masalah dan persoalan internal agar dapat lebih berkualitas di tengah tantangan dunia pendidikan masa kini.
“Saya percaya bahwa sebetulnya sekolah-sekolah Kristen yang ada di Indonesia kalau memang mau membenahi diri akan juga dapat menyelesaikan problema mereka,” kata Adri Lazuardi kepada satuharapan.com usai Seminar Nasional Advokasi Hukum Gereja, Lembaga Pendidikan Kristen, Lembaga Pelayanan Kristen bertajuk Promblematika & Tantangan Hukum Yayasan/Badan Penyelenggara Pendidikan Kristen di Indonesia di Aula BPK PENABUR Internasional, Jakarta Utara, Sabtu (30/3/2019).
Seminar Nasional Advokasi Hukum yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Kristen Wilayah (MPKW) Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Banten (Jabodesiten) menghadirkan narasumber utama Hakim Agung Mahkamah Agung RI periode 2011-2018, Prof. Dr. T. Gayus Lumbuun, SH, MH dan Dosen Tetap Bidang Studi Hukum Pertanahan Pascasarjana FH-UKI sekaligus Konsultan Hukum Pertanahan Dr. Aartje Tehupeiory SH,.MH, serta Pepen S. Almas, Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Jakarta, Kelapa Gading.
Adri mengatakan, seminar nasional advokasi hukum ini merupakan suatu kesempatan yang sangat strategis untuk para pemilik sekolah, para pengurus sekolah dan yayasan untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dari narasumber yang cukup punya kompentensi.
“Itu menurut saya program seminar ini cukup bagus untuk bisa memahami dalam mengelola sebuah yayasan dan sekolah, ini sesuatu yang perlu dihidupi terus oleh MPKW dalam kegiatan-kegiatan mereka. Dengan demikian perlu ditingkatkan sinergi dengan yang lainnya,” katanya.
Menurut Adri, kegiatan dari MPKW ini sebagai suatu wadah yang ada di Jabodesiten untuk saling bersinergi. “Kita tahu persis bahwa kekuatan sinergi itu akan jauh lebih kuat, dengan demikian kita dapat saling memperlengkapi dan dilengkapi,” katanya.
Seminar ini, lanjut Adri, menjadi suatu bagian untuk mengisi para pengurus yayasan dengan pengetahuan dan pengalaman dari para narasumber tersebut.
“Saya beryukur kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik dan lancar, dan ini juga suatu bentuk bagi sekolah-sekolah Kristen di Indonesia, khususnya di Jabodesiten, dan juga akan memberikan sumbangsih yang besar bagi lahirnya generasi-generasi bangsa yang berkualitas dari sekolah-sekolah Kristen yang ada,” katanya.
Mantan Ketua BPK PENABUR Jakarta itu berharap MPKI sebagai Majelis Pendidikan Kristen Indonesia yang menaungi seluruh yayasan Kristen yang ada di Indonesia ini terus berupaya agar persoalan-persoalan yang ada di tiap-tiap daerah dapat diatasi dengan berbagai macam upaya melalui pendekatan dengan infrastruktur pemerintahan, maupun juga dengan memperbaiki sendiri administrasi dari masing-masing sekolah.
Menurutnya, sering kali persoalan-persoalan itu dapat muncul dari internalnya sendiri, seperti dikatakan narasumber bahwa seringkali administrasi sendiri kurang baik dan kurang rapi, yang menjadi suatu tantangan juga.
“Jadi kalau kita dapat membenahi infrastruktur yang ada di internal yayasan kita sendiri masing-masing, saya pikir akan lebih mudah. Apalagi pemerintah sekarang sudah lebih antisipasi dengan membuat berbagai kebijakan-kebijakan yang lebih cepat, produsernya lebih pendek, dan semangat untuk berubah juga ada di pemerintah,” katanya.
Tuhan di dalam Hati Kita
Sementara itu Ketua MPKW Jabodesiten, Arif Suryanto menyampaikan bahwa saat ini mengelola sebuah sistem dalam bentuk yayasan dan sekolah tidak mudah dan banyak pergumulan. Masalah hukum terkait sistem yayasan Kristen maupun gereja seringkali tumpang tindih dan kadang bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya.
Arif menilai, dinamika politik sering mewarnai dikeluarkannya aturan perundang-undangan yang baru sebagai suatu sistem yang sangat terbatas sumber dayanya. Masalah hukum terkait yayasan, hibah, BPJS dan ketenagakerjaan membuat sekolah disamakan dengan badan hukum yang berorientasi mencari profit atau keuntungan seperti perseroan terbatas (PT).
Menurut data sekolah MPKW Jabodesiten, ada 59 Yayasan, di mana 17 yayasan Kristen di antaranya sudah nonaktif tidak dapat bersaing dengan sekolah-sekolah negeri yang tidak berbayar, dan dua sekolah Kristen tutup karena tidak mampu membiayai operasional, biaya IT yang semakin mahal, ditambah persoalan-persoalan yang ada di dalam organisasi.
“Melihat persoalan saat ini dalam mengelola sekolah yang menjadi panggilan kita sebagai orang Kristen sangatlah tidak mudah. Kalau kita tidak memiliki visi misi yang jelas, rasanya panggilan ini hampir tidak dapat kita laksanakan, kecuali kita percaya punya Tuhan di dalam hati kita,” kata Arif dalam sambutan pembukaan seminar itu.
Dia berharap seminar kali ini dapat memberikan jawaban atas berbagai persoalan yang dihadapi oleh setiap lembaga dan yayasan Kristen yang hadir dari 21 Kota dan di Indonesia.
“Semoga dalam seminar hukum ini kita mendapatkan pencerahan terkait hukum. Mari kita saling bergandengan tangan, agar dunia pendidikan Kristen semakin baik dan nama Tuhan dipermuliakan. Semoga Tuhan menolong kita dan memberkati kita semua,” katanya seraya kemudian memukul gong tanda pembukaan seminar nasional.
Seminar ini dihadiri perwakilan lembaga, badan/yayasan Kristen dari berbagai kota seperti Palu, Bandung, Lampung, Bogor, Cianjur, Cirebon, Serang, Sukabumi, Semarang, Tomohon, Makassar, Surabaya, Jayapura, Medan, Tarakan, Denpasar, Pontianak, Toraja, dan Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Banten.
Satu Kritis, Sembilan Meninggal, 1.403 Mengungsi Akibat Erup...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 1.403 korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, N...