Efektif Karena Rela Hati
Di pusat efektivitas ada proses belajar terus-menerus.
SATUHARAPAN.COM – Ada bahan kelewat komposisi, kocokan diulang. Ketika dipanggang ternyata sulit dikenali seperti apa kalau sudah matang, ketemu bagian yang kurang, diperbaiki lagi sampai takaran dan hasilnya dirasa pas. Tak terasa, hampir seharian istri saya bergelut dengan klapertart dan pie buah perdananya.
Saya belajar apa arti efektivitas setelah melihat bagaimana sulitnya proses memasak itu. Panduan memasak yang kami peroleh dari internet cukup menolong memaksimalkan waktu, namun tidak menggantikan sama sekali keefektifan proses belajar langsung. Meskipun panduan memasak itu adalah hasil pengalaman ahlinya, tanpa praktik, karya nyata, tak akan mungkin tercicipi enaknya. Sebatas gambar nan menggoda saja.
Bagi pemula, keefektifan adalah perkara penting dan bisa dikatakan lebih sulit dicapai dibandingkan mereka yang sudah ahli. Sehingga yang takut mencoba sering berkedok menggunakan tameng ini. Harus ada ini dan itu dahulu, baru mulai berkarya. Saya sendiri sempat ragu dengan niat isteri meracik masakan berbekal panduan copy paste itu. Mengambil inisiatif dan berani melangkah ternyata menjadi kunci pembuka efektivitas.
Tetapi, andai pun seseorang sudah malang melintang di suatu bidang dan menguasainya luar dalam, bukan berarti selalu membawa hasil baik (efektif). Sebab manusia pada dasarnya memiliki elemen penyusutan. Ada saat dia sakit. Lain waktu gejolak sosial-ekonomi memengaruhi kinerjanya.
Yang kemudian membuat karyanya sintas dan berbeda adalah kerelaan hatinya. Ia mencintai apa yang dilakukannya. Tahu mengapa dan untuk apa ia melakukan itu. Ia puas ketika berdampak bagi kemanusiaan. Pemula yang bersemangat sekalipun akan cepat undur bila tak rela hati. Begitu juga yang berlagak ahli, tetapi oportunis. Efektivitas hanya slogan bagi kelompok ini.
Di pusat efektivitas ada proses belajar terus-menerus. Termasuk dari kegagalan yang justru menjadikannya makin kreatif. Di ujung proses memasaknya isteriku berkomentar, ”saya menemukan bahwa kalau bahan puding untuk topping dipanaskan, ia akan cair lagi. Jadi memudahkan kita untuk membentuknya," katanya, penuh cinta. Saya paham, sebab kalau bukan karena rela hati, piring-piring adonan itu sudah jungkir balik!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...