Ekonomi Dubai Turun akibat Perang Dagang AS-China
SATUHARAPAN.COM – Harga minyak yang rendah diperkirakan menjadi faktor penyebab perlambatan ekonomi Dubai sejak 2014. Standard and Poor’s, hari Selasa (3/9) bahkan memperikarakan perlambatan berlanjut hingga 2022, yang diperberat oleh perang dagang Amerika Serikat dan China, serta kekacauan politik.
Pertumbuhan ekonomi yang paling beragam di Timur Tengah juga dipengaruhi oleh penurunan di sektor real estat dan pariwisata, kata lembaga pemeringkat internasional dalam sebuah laporannya, seperti diberitakan situs berita Mesir, Al Ahram.
Dubai, satu dari tujuh emirat yang tergabung dalam Uni Emirat Arab, menghadapi utang publik yang tinggi, sekitar 124 miliar dolar AS, atau 108 persen dari produk domestik bruto (PDB). PDB negara itu hanya tumbuh 1,94 persen tahun lalu. Ini adalah yang terendah sejak 2010 ketika negara kota itu dalam pemulihan dari dampak krisis keuangan global dan gagal bayar utangnya.
Selain penurunan sektor wisata, pasar properti, yang menyumbang sekitar tujuh persen terhadap PDB, telah mengalami penurunan sejak pertengahan 2014, dengan harga jual dan sewa merosot sepertiga dari nilainya.
Penguasa Dubai dan Perdana Menteri UEA, Sheikh Mohammed bin Rashed, pada hari Senin membentuk komite untuk mengatur pasar real estat yang kelebihan pasokan. Tahun lalu, emirat mengambil langkah meningkatkan ekonomi domestik dan memikat investor asing dengan melunakkan aturan residensi dan bisnis, termasuk memungkinkan kepemilikan penuh bisnis oleh orang asing di luar zona perdagangan bebas.
Ekonomi Dubai ditopang oleh 70 persen dari pendapatan dari biaya sejumlah transaksi, sekitar 24 persen dari pajak dan keuntungan perusahaan pemerintah, dan hanya enam persen dari minyak.
Editor : Sabar Subekti
Rusia Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua, Menyerang Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua saat menyerang Ukraina pada hari K...