Ekonomi Indonesia Melambat Karena Pertanian dan Minyak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan pertama 2015 sebesar 4,71 persen secara perbandingan tahun (year to year) yakni sebesar 0,18 persen diakibatkan beberapa faktor yang berpengaruh dari dua sisi pengeluaran dan pendapatan.
“Ada dua faktor dari sisi pendapatan faktor pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan pertama ini melambat dari sektor pendapatan adalah produksi pangan menurun, karena diakibatkan dari perubahan periode waktu tanam, biasanya ada yang panen Januari, dan paling lama Februari. Nah sekarang masih ada (petani atau pekerja di bidang pertanian) yang panen pada Maret bahkan sampai Mei,” kata kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin dalam Konferensi Pers bulanan BPS, yang berlangsung Selasa (5/5) di Gedung BPS, Jalan Dr. Sutomo, Jakarta.
Baca juga: |
Suryamin mengatakan bahwa kecenderungan tersebut akibat perubahan pola pikir dan optimisme di tengah masyarakat yang menggarap faktor pertanian.
Suryamin menyebut alasan lainnya dari sisi pengeluaran adalah produksi minyak mentah dan batu bara mengalami perlambatan sehingga industri kilang minyak pertumbuhan negatif.
“Melambatnya distribusi perdangan karena menurunnya supply barang impor yang masuk ke Indonesia akibat pertumbuhan ekonomi negara mitra perdagangan Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan,” Suryamin menjelaskan.
Suryamin mengatakan faktor dari sisi pendapatan masyarakat yang terakhir yakni pada sektor infrastruktur yang belum merata di Indonesia dia nilai sebagai salah satu faktor penghambat.
“Kinerja konstrusi melambat terkait dengan terlambatnya realisasi belanja infrastruktur,” Suryamin menambahkan.
Beberapa waktu lalu Bank Dunia pernah merilis data bahwa perekonomian Indonesia tumbuh kuat pada 2012, pertumbuhan PDB selama satu tahun menjadi 6,2 persen. Angka tersebut merupakan penurunan dari pertumbuhan ekonomi pada 2011 sebesar 6,5 persen.
Kala itu, Bank Dunia menyebut bahwa ketidak pastian kondisi pasar keuangan yang terjadi hampir sepanjang tahun akibat pengaruh ketidak pastian ekonomi global. Dalam Indonesia Economic Quarterly 2014 edisi Desember 2012, kualitas kebijakan dalam negeri semakin menjadi perhatian terutama dengan meningkatnya pemilihan umum menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi stagnan di angka 6,0 hingga 6,5 persen dapat terjaga.
Suryamin mengemukakan perlambatan pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran yang pertama terlihat dari konsumsi Rumah Tangga yang tinggi.
“Kecuali untuk makanan, minuman, tembakau, perumahan, dan perlengkapan,” kata Suryamin.
Faktor lainnya yakni pengeluaran konsumsi pemerintah melambat dikarenakan pertumbuhan belanja barang melambat, kemudian realisasi belanja modal pemerintah lebih rendan dibanding realisasi triwulan pertama 2014 lalu.
“Impor barang modal turun, terutama barang modal jenis angkutan, dan mesin, selain itu industri mesin domestik juga turun, kemudian faktor yang terakhir karena ekspor barang terkontraksi akibat turunnya harga komoditas dan melambatnya perkonomian negara mitra dagang utama Indonesia,” Suryamin menambahkan.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan Pertama 2015 terhadap triwulan I 2014 terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi Rumah Tangga, dan konsumsi pemerintah.
Struktur PDB Indonesia menurut pengeluaran tas dasar harga berlaku triwulan pertama 2015 tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
“Komponen lainnya yang memiliki peranan besar terhadap PDB secara berturut-turut adalha Pembentukan Modal Tetap Bruto, impor, dan ekspor barang dan jasa. Pengeluaran konsumsi pemerintah,” kata Suryamin.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...