Ekonomi Papua Ditopang Pertambangan dan Penggalian Sebesar 23,53 persen
JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM – Kontribusi tertinggi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Provinsi Papua berasal dari lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 23,53 persen, sedangkan kontribusi tertinggi PDRB tanpa pertambangan dan penggalian berasal dari lapangan usaha pertanian (20,82 persen).
Seperti tercatat dalam papua.bps.go.id, Selasa (5/5) menyebutkan bahwa ekonomi Papua triwulan I 2015 bila dibandingkan dengan triwulan I satu tahun sebelumnya (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar 5,79 persen. Namun bila dibandingkan triwulan IV-2014 (quarter to quarter) mengalami penuruan sebesar (0,64) persen.
Pada triwulan I 2015 kategori ekonomi yang memiliki peranan ekonomi lain adalah pertanian sebesar 15,92 persen, kategori bangunan 14,6 persen, kategori administrasi pemerintahan 10,52 persen, dan pedagang besar dan eceran sebesar 10,22 persen.
Jika kategori pertambangan dan penggalian dieliminir, kategori pertanian merupakan kategori yang paling dominan dalam pembentukan PDRB Papua sebesar 19,8 persen. Keadaan ini lebih riil menggambarkan perekonomian Papua karena sebagian besar penduduk Papua hidup dari kategori pertanian.
Perekonomian Papua triwulan I tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 30,979 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2010 adalah sebesar Rp. 30,395 triliun.
Perekonomian Papua menurut Lapangan usaha pertumbuhan tertinggi (q to q) terjadi pada kategori Pertambangan dan Penggalian sebesar 5,72 persen dan penurunan tertinggi pada kategori Jasa Pendidikan sebesar -9,93 persen.
Sementara itu ekonomi Papua tanpa pertambangan dan penggalian secara year on year tumbuh sebesar 8,47 persen dan secara quarter to quarter mengalami penurunan sebesar – 4,48 persen. PDRB perkapita Papua atas dasar harga berlaku pada triwulan I 2015 sebesar Rp.9.883.858,9.
Nilai Tukar Petani
Pada April 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Papua tercatat menurun sebesar 0,62 persen menjadi 96,81 dibandingkan NTP bulan sebelumnya sebesar 97,42. Penurunan tersebut terjadi akibat turunnnya indeks harga diterima petani (It) sedangkan indeks harga dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan.
Di wilayah perdesaan Papua terjadi inflasi sebesar 0,29 persen di bulan April 2015. Inflasi perdesaan terjadi akibat adanya kenaikan indeks harga keenam subkelompok pengeluaran rumah tangga, dimana peningkatan tertinggi terjadi pada subkelompok Transportasi dan Komunikasi yang naik hingga 1,65 persen.
Dibandingkan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Maret 2015, NTUP Papua pada April 2015 turun 0,94 persen menjadi 105,34. (papua.bps.go.id).
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...