Ekspor ke Pasar Tradisional Masih Tetap Dominan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pada semester I tahun 2013, Jepang, China, Singapura masih menjadi pasar tujuan ekspor terbesar Indonesia dengan nilai masing-masing sebesar USD 14,1 miliar; USD 10,8 miliar; dan USD 8,4 miliar. Posisi selanjutnya ditempati oleh Amerika Serikat (USD 7,7 miliar), India (USD 6,8 miliar), Korea Selatan (USD 5,8 miliar), Malaysia (USD 5,3 miliar), Thailand (USD 3,2 miliar), Taiwan (USD 2,8 miliar), serta Belanda (USD 2 miliar).
“Sepuluh pasar ekspor utama tersebut berkontribusi sebesar 73,6 persen dari total ekspor Indonesia,” kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan pada acara konferensi pers hari ini, Jum’at (2/8), di kantor Kementerian Perdagangan.
Sementara itu, ekspor ke beberapa negara yang nilainya mengalami kenaikan yang signifikan adalah India dengan kenaikan mencapai USD 720,2 juta. Disusul urutan berikutnya yaitu Amerika Serikat, Myanmar, Filipina, Rusia, Turki, Nigeria, Singapura, Italia, dan Algeria yang mengalami kenaikan antara USD 42,2 juta sampai dengan USD 215 juta.
Beberapa produk manufaktur memberikan kontribusi peningkatan ekspor yang signifikan, antara lain kapal laut meningkat USD 542,8 juta atau naik 294,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, produk alas kaki ekspornya meningkat sebesar USD 176,8 juta (naik 9,9 persen), dan ekspor pakaian jadi naik sebesar USD 74,9 juta (naik 3,9 persen).
Selanjutnya, Gita Wirjawan mengakui bahwa pada bulan Juni 2013, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD 846,6 juta. Kondisi tersebut disebabkan oleh terjadinya defisit perdagangan migas sebesar USD 772,6 juta (bulan sebelumnya defisit sebesar USD 509,2 juta) dan defisit nonmigas sebesar USD 74 juta (bulan sebelumnya defisit USD 17,9 juta). Secara kumulatif, defisit neraca perdagangan pada semester I 2013 mencapai USD 3,3 miliar, terdiri dari surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar USD 2,5 miliar dan defisit neraca migas USD 5,8 miliar.
“Tekanan neraca perdagangan selama semester I 2013 juga dialami negara-negara seperti Brasil yang defisit sebesar USD 3,1 miliar; Thailand defisit USD 17,3 miliar; dan Hong Kong defisit USD 39,5 miliar.”
Gita Wirjawan menjelaskan bahwa kondisi ekonomi global terus menekan kinerja ekspor nasional. Nilai ekspor bulan Juni 2013 mencapai USD 14,7 miliar atau turun sebesar 8,6 persen (MoM), terdiri dari ekspor migas sebesar USD 2,8 miliar (turun 5,8 persen MoM) dan ekspor nonmigas USD 12 miliar (turun 9,3 persen MoM). Ekspor bulan Juni 2013 turun sebesar 4,5 persen (YoY). Tekanan ekonomi global terhadap ekspor di bulan Juni 2013 juga dialami beberapa negara lain seperti China, Korea Selatan, Hong Kong, Brasil, Thailand dan Argentina dengan penurunan sebesar 3,2 persen sampai 13,3 persen dibanding bulan sebelumnya.
Secara umum, penurunan nilai ekspor selama semester I 2013 dipicu oleh belum membaiknya harga beberapa komoditas ekspor nonmigas Indonesia di pasar internasional. Hal ini ditunjukkan oleh total volume ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan sebesar 17,8 persen sementara nilainya turun 2,6 persen selama periode tersebut. Beberapa produk yang mengalami fenomena serupa antara lain bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, maret dan barang dari karet, mesin-mesin/pesawat mekanik, berbagai produk kimia, ikan dan udang.
Menurut Gita Wirjawan, kinerja impor bulan Juni 2013 mencapai USD 15,6 miliar, turun 6,4 persen MoM, dan turun 6,8 persen YoY. Penurunan impor tersebut terjadi akibat menurunnya impor nonmigas sebesar 8,8 persen MoM menjadi USD 12,1 miliar, sementara impor migas mengalami peningkatan sebesar 2,7 persen MoM menjadi USD 3,5 miliar. Secara kumulatif, total impor selama semester I 2013 mencapai USD 94,4 miliar (turun 2,2 persen YoY), terdiri dari impor nonmigas sebesar USD 72,3 miliar (turun 3,7 persen YoY) dan impor migas USD 22,1 miliar (naik 3,1 persen). Kenaikan impor migas selama semester I 2013 disebabkan oleh meningkatnya permintaan minyak mentah yang meningkat sebesar 24,7 persen.
Selama semester I 2013, struktur impor masih didominasi oleh impor bahan baku/penolong yang mencapai 76,5 persen dan barang modal (16,7 persen). Impor barang konsumsi turun sebesar 5 persen YoY menjadi USD 6,4 miliar. Impor bahan baku/penolong naik 2,7 persen menjadi USD 72,2 miliar, sementara impor barang modal turun 18,8 persen menjadi USD 15,8 miliar, atau jauh lebih rendah dari impor tahun lalu yang naik sebesar 35,2 persen. Penurunan impor barang modal yang cukup signifikan selama semester I 2013, merupakan respon atas melemahnya investasi. (pr)
Editor : Yan Chrisna
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...